Upacara Adat Baritan Kebonagung Pacitan (Foto: Wem) |
Upacara adat Baritan merupakan
upacara adat yang digelar di dusun Wati desa Gawang kecamatan Kebonagung
kabupaten Pacitan. Upacara ini dilaksanakan dua tahun sekali, yaitu pada hari
Senin bulan Sura dalam kalender Jawa (bulan Muharram dalam kalender Hijriyah). Penentuan
tepatnya dilakukan oleh sesepuh dan juru kunci daerah setempat sesuai dengan
perhitungan hari baik dan hari buruk pada bulan dan tahun tersebut. Kata baritan berasal dari kata bareng wiritan (melakukan wirid secara
bersama-sama). Oleh karenanya, acara ini berisi doa untuk memohon perlindungan
dan pertolongan dari Tuhan Yang Maha Esa agar masyarakat setempat dihindarkan
dari marabahaya.
Upacara Adat Baritan Kebonagung Pacitan (Foto: Panoramio) |
Upacara Baritan dilaksanakan di
perempatan jalan terbesar di dusun Wati ini. Alasan pemilihan tempat
penyelenggaraan upacara ini dimaksudkan agar mempermudah akses dari seluruh
warga dusun untuk menghadiri acara tersebut. Waktu penyelenggaraan acara adalah
jam 12:00 WIB, sesaat selepas sholat dhuhur. Pada waktu ini, mayoritas
masyarakat dusun Wati yang berprofesi sebagai petani sedang berada di rumah,
sehingga potensi untuk menghadiri acara sangat besar.
Upacara Adat Baritan Kebonagung Pacitan (Foto: Alip) |
Seperti upacara adat lainnya,
dalam upacara adat Baritan ini juga menggunakan sesaji. Sesaji akan diniatkan,
didoakan, dan dinikmati bersama-sama. Sesaji utama dalam upacara adat Baritan
adalah kambing kendhit jantan dan sepasang ayam tulak. Dahulu, upacara baritan
hanya sebatas berkumpul, meng-aamiin-kan doa, dan makan bersama. Namun, saat
ini upacara adat telah dimodifikasi agar lebih menarik dan menjadi agenda wisata. Rangkaian acara yang
dilaksanakan para leluhur dijadikan sebagai acara inti, sedangkan selebihnya
ditampilkan kesenian daerah yang disajikan oleh masyarakat setempat. Sajian
kesenian ini dapat berupa pentas tari, pencak silat, musik, wayang kulit
ataupun jenis hiburan yang lain.
Upacara Adat Baritan Kebonagung Pacitan (Foto: Alip) |
Berdasarkan folklore yang berkembang di masyarakat, upacara adat Baritan
diangkat dari kisah pada zaman Ki Ageng Soreng Pati, seorang abdi dari Ki Ageng
Buwono Keling. Konon, masyarakat setempat mengalami wabah penyakit yang
berkepanjangan, segala upaya masyarakat untuk mengatasi wabah ini tak berbuah
manis. Alkisah, Ki Ageng Soreng Pati memerintahkan untuk menyembelih kambing
kendhit jantan dan seoasang ayam tulak sebagai sedekah bumi. Setelah proses
kurban tersebut, wabah mereda dan berangsur hilang. Oleh karena itu, masyarakat
terus melaksanakan upacara ini untuk menghindarkan masyarakat dari datangnya
wabah penyakit. [PK]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar