Rabu, 12 Agustus 2015

Mengapresiasi Bakat


Lomba Bidang Seni di Kecamatan Ngadirojo

Bakat merupakan anugerah Tuhan kepada setiap ciptaan-Nya. Bakat melekat pada sifat dasar setiap ciptaan dari Sang Pencipta. Bakat melekat sebagai kemampuan alami untuk bertahan diri dan terus menunjukkan eksistensi diri. Bakat adalah gawan bayi yang merupakan kemampuan yang lahir tanpa campur tangan alam, namun dalam proses tumbuh dan berkembangnya bakat yang ada, alam dan lingkungan mempunyai andil yang sangat besar.

Bakat adalah milik setiap ciptaan Tuhan, bukan hanya manusia, namun juga hewan dan tumbuhan. Beberapa hewan dikaruniai kemampuan untuk bernyanyi, sebut saja burung kenari, suaranya menjadi daya tarik luar biasa. Kemampuan burung kenari yang secara alamiah diciptakan untuk menarik lawan jenis dalam inisiasi proses perkawinan ternyata juga menarik keinginan manusia untuk memilikinya. Tumbuhan juga demikian, tumbuhan Nepenthes (kantung semar) juga dikarunia “bakat” untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Kantung semar memerlukan zat-zat untuk tumbuh yang tidak dapat didapatkan dari tanah, namun hanya bisa didapatkan dengan ‘memakan’ serangga. Oleh karena itu, Tuhan menganugerahkan kemampuan untuk ‘menangkap’ dan ‘memakan’ serangga dalam rangka memenuhi kebutuhan tubuhnya.

Tuhan memang Maha Adil untuk setiap ciptaan-Nya. Tuhan sangat rinci dalam mencipta setiap apapun yang ada di dunia. Setiap bentuk akan menunjang fungsi, dan setiap fungsi merupakan kesatuan kerja dari bentukan-bentukan yang tercipta. Hukum Kausal ini sangat jelas ada di dalam tubuh setiap makhluk hidup, bahwa setiap morfologi dan anatomi (bentuk dan susunan tubuh) akan sangat berkaitan dengan sisi fisiologis (sistem fungsi) dari bagian tubuh tersebut.

Tuhan memang Maha Adil pada setiap ciptaan-Nya. Tuhan telah  mempertimbangkan setiap kemampuan yang diberikan per individu yang ada, dan kemampuan itu lahir sebagai sebuah keunikan setiap diri, membedakan satu individu dengan individu yang lain. Tuhan menciptakan setiap manusia cerdas, menguasai bidang masing-masing. Dan setiap manusia cerdas pada ranah yang diberikan Tuhan. Tidak ada individu yang dicipta dalam kondisi bodoh, predikat ‘bodoh’ mungkin lahir karena belum ditemukannya bakat yang dipunyai dari individu tersebut, sehingga orang tua, keluarga dan guru harus lebih jeli dalam menemukan dan selanjutnya mengembangkan bakat dari setiap individu.
Howard Gardner, seorang ahli psikologi, pada tahun 1983 telah membahas tentang kecerdasan manusia. Menurutnya, kecerdasan (intellegence) adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar dari pengalaman masa lalu. Kecerdasan seseorang bergantung pada konteks, tugas dan tuntutan yang diberikan kehidupan pada seseorang, buka berdasarkan nilai IQ atau gelar yang dimiliki seseorang. Selanjutnya, Gardner mengemukakan tentang teori Multiple Intellegences (Kecerdasan Majemuk) yang tertuang dalam bukunya Frame of Mind: The Theory of Multiple Intellegences (1985).

Pada awalnya, Gardner membagi kecerdasan ke dalam tujuh kategori, selanjutnya dikembangkan lagi menjadi sembilan poin kecerdasan. Tujuh kategori kecerdasan awal yang dicetuskan Gardner meliputi: (1) kecerdasan linguistik/bahasa, (2) kecerdasan matematis-logis, (3) kecerdasan ruang-spasial, (4) kecerdasan kinestetis, (5) kecerdasan musik, (6) kecerdasan interpersonal, dan (7) kecerdasan intrapersonal. Selanjutnya poin (7) berkembang menjadi poin (8) yaitu kecerdasan lingkungan/naturalis. Pada perkembangan lanjut, poin (8) berkembang menjadi poin (9) yaitu kecerdasan eksistensial.

Kecerdasan adalah bakat alamiah manusia. Setiap manusia telah diberikan kecerdasan dengan ‘porsi’ masing-masing oleh Tuhan Yang Mahabijaksana. Keadilan Tuhan tercermin dalam keberagaman ‘porsi’ kecerdasan yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia. Si A diberikan porsi kecerdasan matematis yang sangat menonjol, namun, kurang di kecerdasan interpersonal. Berbeda dengan si B yang dianugerahi kecerdasan kinestetis yang istimewa, namu kemampuan linguistiknya biasa saja. Tipe kecerdasan yang menonjollah yang harusnya dikembangkan bagi setiap manusia, sehingga individu tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat alamiah yang dianugerahkan Tuhan. Ibarat lampu, sebuah ruangan yang diterangi dengan dua bola lampu akan lebih terang jika dibandingkan dengan ruangan berurukan sama yang hanya diterangi satu lampu saja. Hal ini juga berlaku dalam pengembangan potensi manusia, seorang anak yang berdiri dengan pijakan bakat dan latihan akan memberikan hasil yang umumnya lebih bagus dari pada seorang anak yang hanya berdiri pada salah satu pijakan saja.

Menemukan bakat anak memang bukan perkara yang mudah. Namun, kesulitan bukan berarti kemustahilan. Di dalam sebuah kesulitan, pasti akn diiringi dengan adanya kemudahan. Tidak banyak manusia yang dianugerahi talenta yang majemuk, umumnya hanya terbatas pada talenta tertentu saja. Orang tua, keluarga, guru dan masyarakat mempunyai andil besar dalam menumbuhkembangkan bakat yang diberikan Tuhan, karena proses pembiasaan dapat menumbuhkan atau bahkan menghilangkan bakat dari seseorang.

Lomba Bidang Olahraga di Kecamatan Ngadirojo (foto: Juhan )

Pemerintah Kecamatan Ngadirojo mewadahi upaya masyarakat untuk mengembangkan bakat yang dimiliki oleh warganya. Dalam rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-70 tahun 2015 ini, Camat Ngadirojo dan jajarannya mengadakan serangkaian acara yang bertujuan tidak hanya memberikan tontonan yang meriah bagi warga masyarakat, namun juga mengembangkan bakat yang dimiliki warganya. Lebih jauh, kegiatan yang ada diharapkan mampu menjadi usaha untuk melestarikan budaya yang ada. Tak hanya dalam bidang seni dan budaya, lomba-lomba yang ada juga mencakup bakat-bakat lain, baik dalam bidang olahraga, musik, maupun akademik. Berbagai kegiatan yang dikemas dalam acara lomba merupakan wujud tanggung jawab Pemerintah untuk menjamin keberlangsungan bakat dan budaya yang ada di masyarakat Ngadirojo. [PK]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar