Lomba Bidang Seni di Kecamatan Ngadirojo |
Bakat merupakan
anugerah Tuhan kepada setiap ciptaan-Nya. Bakat melekat pada sifat dasar setiap
ciptaan dari Sang Pencipta. Bakat melekat sebagai kemampuan alami untuk
bertahan diri dan terus menunjukkan eksistensi diri. Bakat adalah gawan bayi yang merupakan kemampuan yang
lahir tanpa campur tangan alam, namun dalam proses tumbuh dan berkembangnya
bakat yang ada, alam dan lingkungan mempunyai andil yang sangat besar.
Bakat adalah
milik setiap ciptaan Tuhan, bukan hanya manusia, namun juga hewan dan tumbuhan.
Beberapa hewan dikaruniai kemampuan untuk bernyanyi, sebut saja burung kenari,
suaranya menjadi daya tarik luar biasa. Kemampuan burung kenari yang secara
alamiah diciptakan untuk menarik lawan jenis dalam inisiasi proses perkawinan
ternyata juga menarik keinginan manusia untuk memilikinya. Tumbuhan juga
demikian, tumbuhan Nepenthes (kantung
semar) juga dikarunia “bakat” untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Kantung semar
memerlukan zat-zat untuk tumbuh yang tidak dapat didapatkan dari tanah, namun
hanya bisa didapatkan dengan ‘memakan’ serangga. Oleh karena itu, Tuhan
menganugerahkan kemampuan untuk ‘menangkap’ dan ‘memakan’ serangga dalam rangka
memenuhi kebutuhan tubuhnya.
Tuhan memang
Maha Adil untuk setiap ciptaan-Nya. Tuhan sangat rinci dalam mencipta setiap
apapun yang ada di dunia. Setiap bentuk akan menunjang fungsi, dan setiap
fungsi merupakan kesatuan kerja dari bentukan-bentukan yang tercipta. Hukum
Kausal ini sangat jelas ada di dalam tubuh setiap makhluk hidup, bahwa setiap
morfologi dan anatomi (bentuk dan susunan tubuh) akan sangat berkaitan dengan
sisi fisiologis (sistem fungsi) dari bagian tubuh tersebut.
Tuhan memang
Maha Adil pada setiap ciptaan-Nya. Tuhan telah
mempertimbangkan setiap kemampuan yang diberikan per individu yang ada,
dan kemampuan itu lahir sebagai sebuah keunikan setiap diri, membedakan satu
individu dengan individu yang lain. Tuhan menciptakan setiap manusia cerdas,
menguasai bidang masing-masing. Dan setiap manusia cerdas pada ranah yang
diberikan Tuhan. Tidak ada individu yang dicipta dalam kondisi bodoh, predikat ‘bodoh’
mungkin lahir karena belum ditemukannya bakat yang dipunyai dari individu
tersebut, sehingga orang tua, keluarga dan guru harus lebih jeli dalam
menemukan dan selanjutnya mengembangkan bakat dari setiap individu.
Howard Gardner,
seorang ahli psikologi, pada tahun 1983 telah membahas tentang kecerdasan
manusia. Menurutnya, kecerdasan (intellegence)
adalah kemampuan untuk menangkap situasi baru serta kemampuan untuk belajar
dari pengalaman masa lalu. Kecerdasan seseorang bergantung pada konteks, tugas
dan tuntutan yang diberikan kehidupan pada seseorang, buka berdasarkan nilai IQ
atau gelar yang dimiliki seseorang. Selanjutnya, Gardner mengemukakan tentang
teori Multiple Intellegences (Kecerdasan
Majemuk) yang tertuang dalam bukunya Frame of Mind: The Theory of Multiple
Intellegences (1985).
Pada awalnya,
Gardner membagi kecerdasan ke dalam tujuh kategori, selanjutnya dikembangkan
lagi menjadi sembilan poin kecerdasan. Tujuh kategori kecerdasan awal yang
dicetuskan Gardner meliputi: (1) kecerdasan linguistik/bahasa, (2) kecerdasan
matematis-logis, (3) kecerdasan ruang-spasial, (4) kecerdasan kinestetis, (5) kecerdasan
musik, (6) kecerdasan interpersonal, dan (7) kecerdasan intrapersonal.
Selanjutnya poin (7) berkembang menjadi poin (8) yaitu kecerdasan
lingkungan/naturalis. Pada perkembangan lanjut, poin (8) berkembang menjadi
poin (9) yaitu kecerdasan eksistensial.
Kecerdasan
adalah bakat alamiah manusia. Setiap manusia telah diberikan kecerdasan dengan ‘porsi’
masing-masing oleh Tuhan Yang Mahabijaksana. Keadilan Tuhan tercermin dalam
keberagaman ‘porsi’ kecerdasan yang diberikan Tuhan kepada setiap manusia. Si A
diberikan porsi kecerdasan matematis yang sangat menonjol, namun, kurang di
kecerdasan interpersonal. Berbeda dengan si B yang dianugerahi kecerdasan
kinestetis yang istimewa, namu kemampuan linguistiknya biasa saja. Tipe
kecerdasan yang menonjollah yang harusnya dikembangkan bagi setiap manusia,
sehingga individu tersebut dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan bakat
alamiah yang dianugerahkan Tuhan. Ibarat lampu, sebuah ruangan yang diterangi
dengan dua bola lampu akan lebih terang jika dibandingkan dengan ruangan
berurukan sama yang hanya diterangi satu lampu saja. Hal ini juga berlaku dalam
pengembangan potensi manusia, seorang anak yang berdiri dengan pijakan bakat dan
latihan akan memberikan hasil yang umumnya lebih bagus dari pada seorang anak
yang hanya berdiri pada salah satu pijakan saja.
Menemukan bakat
anak memang bukan perkara yang mudah. Namun, kesulitan bukan berarti
kemustahilan. Di dalam sebuah kesulitan, pasti akn diiringi dengan adanya
kemudahan. Tidak banyak manusia yang dianugerahi talenta yang majemuk, umumnya
hanya terbatas pada talenta tertentu saja. Orang tua, keluarga, guru dan
masyarakat mempunyai andil besar dalam menumbuhkembangkan bakat yang diberikan
Tuhan, karena proses pembiasaan dapat menumbuhkan atau bahkan menghilangkan
bakat dari seseorang.
Lomba Bidang Olahraga di Kecamatan Ngadirojo (foto: Juhan ) |
Pemerintah
Kecamatan Ngadirojo mewadahi upaya masyarakat untuk mengembangkan bakat yang
dimiliki oleh warganya. Dalam rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan Republik
Indonesia ke-70 tahun 2015 ini, Camat Ngadirojo dan jajarannya mengadakan
serangkaian acara yang bertujuan tidak hanya memberikan tontonan yang meriah
bagi warga masyarakat, namun juga mengembangkan bakat yang dimiliki warganya.
Lebih jauh, kegiatan yang ada diharapkan mampu menjadi usaha untuk melestarikan
budaya yang ada. Tak hanya dalam bidang seni dan budaya, lomba-lomba yang ada
juga mencakup bakat-bakat lain, baik dalam bidang olahraga, musik, maupun
akademik. Berbagai kegiatan yang dikemas dalam acara lomba merupakan wujud
tanggung jawab Pemerintah untuk menjamin keberlangsungan bakat dan budaya yang
ada di masyarakat Ngadirojo. [PK]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar