Kamis, 06 Juli 2017

Tari Celengan Were

Tari Celengan Were merupakan karya produksi Sanggar Edi Peni Pacitan yang terinspirasi dari kesenian khas kecamatan Sudimoro, kabupaten Pacitan: Senthewere. Tari Celengan Were ini diproduksi dengan menggaet beberapa personel Persatuan Setia Hati Terate (PSHT) dalam pertunjukannya.

Tari yang diproduksi tahun 2000an ini nampak istimewa, pasalnya sang penata tari, Edi Suwito, juga turut andil sebagai penari. Adi Peni berperan sebagai penata rias dan busana, sedangkan (alm) M. Kasim bertugas menjadi penata musik.

Peraga celengan dalam kesenian Senthewere yang digubah menjadi tarian lepas ini mengisahkan tentang kehidupan yang memerlukan keseriusan dan totalitas dalam mengarunginya. Totalitas inilah yang menjadi bentuk tawakal manusia dalam berkarya yang diharapkan dapat membuahkan hasil maksimal.

"Hikmahnya, dalam mengarungi kehidupan, manusia harus serius dan sungguh-sungguh dalam berkarya,  InsyaAllah dapat membuat sebuah impian menjadi nyata.", tutup Edi Suwito. (PK)

Kamis, 08 Juni 2017

Tari Hirig-Hirig

Tari Hirig-Hirig


Alam menyimpan segala keharmonian. Alam menjadi sumber daya bagi kehidupan makhluk yang hidup di dalamnya, termasuk manusia. Alam memberi, namun tak pernah meminta. Manusia yang harus sadar untuk tidak sepenuhnya mengeksploitasi, namun harus tetap menjaganya agar terus lestari.

Adalah sungai, sebuah badan perairan yang menyimpan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia. Aliran airnya yang bisa digunakan sebagai irigasi berbagai komoditas pertanian, serta “harta karun” yang tersimpan di dalamnya, termasuk ikan.


Tari hirig-hirig terinspirasi dari kegiatan masyarakat Lorok yang secara periodik mencari ikan di sungai dengan hirig/wuwu. Kostum yang berwarna hijau menggambarkan keteduhan dan suasana hati yang adem tenterem karena kebutuhan akan lauk-pauk telah tercukupi oleh alam sekitar.

Tarian ini dirilis tahun 2006 silam dengan menyabet dua gelar kejuaraan, yaitu Juara Porseni SD Kabupaten Pacitan dan Juara Festival Lomba  Seni Siswa Nasional (FLS2N) SMP se Kabupaten Pacitan.




Identitas
Penata tari : Edi Suwito
Penata rias dan busana : 
Adi Peni
Penata musik : M. Kasim

Selasa, 16 Mei 2017

Tari Sekar Pace

Sanggar EDI Peni baru-baru ini menelurkan kembali sebuah karya tari bertajuk "Sekar Pace". Tarian ini ditampilkan pertama oleh Sanggar Edi Peni yang menggaet penari SMPN 1Ngadirojo dalam ajang Festival Tari Kabupaten Pacitan yang digelar oleh MGMP Seni Budaya Kabupaten Pacitan.

Menilik namanya, opini masyarakat akan digiring pada sebuah buah yang diyakini sebagai asal kata Pacitan. Memang terdapat beberapa versi terkait babad kabupaten Pacitan, baik yang berakar dari kata " pacitan" (bahasa Jawa, yang berarti makanan ringan/camilan) atau berakar dari kata "pace" (bahasa Jawa, yang berarti mengkudu).

Menurut salah satu versi babad Pacitan, nama Pacitan konon berasal dari kata "pace" (mengkudu ) dan "ketan". Menurut tutur cerita yang menyebar turun-temurun,   buah pace ternyata menpunyai khasiat yang hebat, termasuk menyegarkan tubuh yang merupakan fragmen kisah pada zaman pemerintahan Pangeran Mangkubumi. Sampai saat ini, dikenal mengkudu diracik sebagai obat, diantaranya menurunkan tekanan darah tinggi dan mengobati lemah dan lesu.

"Berpijak dari cerita inilah kami menggarap karya tari 'Sekar Pace', dengan harapan semoga bisa membangkitkan semangat warga Pacitan khususnya, untuk membangun Pacitan lebih maju, lebih tumoto, serta menjadi Pacitan yang gemah ripah loh jinawi. thukul kang sarwo tinandur.murah kang sarwo tinuku", ungkap Edi Suwito.

Identitas
Penata tari : Adi Peni
Penata rias dan busana : Edi Suwito
Penata musik : Sapto Haryono

Selasa, 28 Februari 2017

Sanjaya Rangin (Reborn) Menyisakan Cerita


Sanjaya Rangin (reborn) kembali pentas di Puncak Hari Jadi Pacitan (HAJATAN) 272, Februari lalu. Tari ini menggambarkan perjuangan pembukaan wilayah Lorok yang awalnya hutan belantara. Tari Sanjaya Rangin dicipta tahun 2013 dan berkiprah dalam ajang Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) SMP tingkat Kabupaten Pacitan hingga Pekan Seni Pelajar Jawa Timur. Mencuri perhatian, Tari Sanjaya Rangin manggung hingga TMII Jakarta dan turut menyambutBapak SBY dalam Pesta Rakyat Pacitan.

Pentas kembali di HAJATAN 272, tari Sanjaya Rangin kembali dipoles agar lebih memesona. Tak hanya menambah jumlah penari, Sanjaya Rangin (reborn) juga menawarkan pola lantai yang lebih indah. Tak pelak, penonton dibuat terpesona dengan sajian Sanjaya Rangin di Alun-Alun Pacitan, Februari silam.

Melalui akun Facebook, Sri Hartini  menuliskan “Kereeeen abis mbk mantaaaab” di kolom komentar akun facebook Sanggar Edi Peni Pacitan. Senada dengan Sri Hartini, akun dengan nama Anelia Ardian juga menuliskan komentar “Sangat apik... Sukses utk Sanggar Edi Peni Pacitan..” Beberapa pujian, doa dan feed back positif ditujukan untuk Sanggar Edi Peni semoga terus memacu keluarga besar Sanggar Edi Peni untuk terus berkarya.




Tak hanya itu, beberapa alumni Sanggar Edi Peni hingga dibawa baper melihat posting tentang Sanjaya Rangin (reborn). Erna Widhyatusti, alumni Sanggar Edi Peni yang saat ini berkarya di Balikpapan menuliskan baper-nya melalui akun Erna Kitut sebagai berikut “Dan....Kadang aku berhayal ikut didalamnya....Jaaaann kuuuueeeerrreeeeennn pooooollll... #bapertrusmupeng”. Selain itu, Rury TiaraFacitania turut memberikan komentar terkait ke-baper-annya melalui akun  Rury Tiara Facitania Luuuaaarr Biasaaaa... Kereeeeeen.. #JadiMupengKayakMbakEnga Description: https://www.facebook.com/images/emoji.php/v7/f2/1/16/1f60d.png😍Description: https://www.facebook.com/images/emoji.php/v7/f2/1/16/1f60d.png😍Description: https://www.facebook.com/images/emoji.php/v7/f75/1/16/1f618.png😘Description: https://www.facebook.com/images/emoji.php/v7/f75/1/16/1f618.png😘


Tak hanya banjir komentar, posting akun Facebook terkait Sanjaya Rangin (reborn) juga dibagikan oleh beberapa akun lain.

Semoga karya-karya indah lain terus hadir dan mewarnai blantika budaya Pacitan. (PK)

Minggu, 19 Februari 2017

Sanjaya Rangin (reborn) di Perayaan HUT Pacitan ke-272

Tari khas Pacitan Sanjaya Rangin sukses menghibur ribuan masyarakat Pacitan dalam peringatan puncak Hari Jadi Pacitan (Hajatan) ke-272 pada Minggu (19/2/2017) di halaman Pendopo Kabupaten Pacitan.

Tampil sebagai penampil pertama usai kirab budaya tari Sanjaya Rangin memukau masyarakat Pacitan yang tampak antusias memadati halaman Pendopo Kabupaten Pacitan

Tarian sanjaya rangin ini adalah buah karya dari koreografer kenamaan dari Kecamatan Ngadirojo, pasangan Edi Suwito-Adi Peni dengan dibantu Kasim sebagai penata musik.


Sebagai informasi, tarian Sanjaya Rangin ini dibuat pada tahun 2013 lalu, dan kemunculannya menyedot banyak perhatian dari berbagai kalangan.

Dalam flosofinya, Tari Sanjaya Rangin berkisah tentang kiprah Raden Panji Sanjaya Rangin dalam upaya beliau untuk mengubah hutan belantara menjadi sebuah wilayah. Adapun, Raden Panji Sanjaya Rangin sendiri merupakan seorang tokoh yang berilmu yang digunakan sebagai senjata untuk melakukan babad alas Lorok.

Dalam penggambarannya, Sanjaya Rangin digambarkan oleh gerakan, properti hingga nada-nada yang digunakan untuk mengiri tari ini. Adapun, busur panah yang dibawa oleh setiap penari merupakan simbol dari kesaktian sang Sanjaya Rangin.

Foto: Vita

Sumber: pacitanku.com

Sabtu, 03 September 2016

Tari Mayong

Tari Mayong merupakan tarian beraroma jawa Timur lengkap dengan musik ritmik dan kostum penari berwarna mencolok. Kedua indikator ini menggambarkan godaan duniawi yang penuh gebyar dan menyilaukan. Para wanita yang berperan sebagai penari menggambarkan bahwa wanita merupakan sasaran utama dari godaan ini.

Tari Mayong dikreasikan oleh Untung Muljono dari Sanggar Kembang Sore. Tarian ini pernah menjadi Juara II Dalem Festival Tari Nasional kelompok umur 14-17 tahun.

Adalah Acik Nur Minarsih, salah satu kru Sanggar Edi Peni, yang menularkan tarian ini kepada anak-anak MI Sidomulyo, Kec. Ngadirojo, Kab. Pacitan. Keelokan tari diikuti dengan polah lincah-trengginas penari menjadi satu daya tarik sendiri bagi para hadirin. [PK]

Selasa, 30 Agustus 2016

Tari Topi



Dunia kanak-kanak memang penuh dengan suka cita. Suka cita yang begitu jujur dan lahir dan hal-hal yang sederhana. Bagi anak-anak, ada banyak alasan untuk membuat suasana mencadi cair dan penuh tawa. Alasan-alasan itu umumnya lahir dari hal sepele yang tak pernah dipikirkan oleh orang dewasa.

Jika kita tengok kembali ke satu hingga dua dekade silam, kita akan sangat mudah menemukan anak-anak bernyanyi bersama dengan nyanyian yang sederhana. Kesederhanaan ini bukan hanya dari tema lagu, namun juga nada yang menyusun lagu tersebut. Lagu balonku, pelangi, bintang kecil, abang tukang bakso, hingga topi saya bundar. Saat ini, lagu tersebut sudah mulai tergeser oleh lagu orang dewasa.

Sanggar Edi Peni mencoba menghadirkan kesederhanaan dunia anak-anak. Sebelumnya, sudah pernah dikupas tentang tarian anak-anak bertema binatang, seperti tari gajah dan tari pitik lancur. Selain itu, ada tari gegolo yang menceritakan tentang kegemaran bocah perempuan pada salah satu mainannya, yaitu boneka. Kali ini, akan dibahas satu tarian yang juga ilhami dari properti permainan anak-anak, yaitu topi.

Tari topi, seperti namanya, menggunakan topi sebagai properti utama dalam tarian. Topi digunakan penari perempuan untuk melenggak-lenggok dan bergerak lincah mengelilingi panggung pementasan.

Topi merupakan alat perlindungan, sehingga dari tarian ini dapat ditarik pelajaran bahwa manusia tidak mampu berdiri sendiri tanpa alat perlindungan. Manusia memerlukan hal lain, baik alat maupun orang, untuk melindungi diirinya pada suatu waktu. Oleh karenanya, sikap sombong harus dihindari untuk keberlangsungan hidup bermasyarakat. [PK]

Minggu, 28 Agustus 2016

Tari Bang-Bang Wetan

Tari Bang-bang Wetan merupakan tarian yang menceritakan semangat juang putra-putri daerah Jawa Timur dalam mengusir penjajahan. Oleh karenanya, tarian ini disuguhkan dengan "aroma" jawa timuran yang rancak dan gagah. Ciri lain dari tarian ini adalah nuansa warna yang mencolok pads kostum penarinya.

Bang-bang wetan dapat diartikan sebagai "abang-abang ing sisih wetan" (semburat merah di ufuk timur). Semburat warna merah ini merupakan pertanda akan datangnya pagi. Pagi merupakan waktu yang digunakan manusia untuk mewujudkan mimpi membumi, menjadikan harapan menjadi kenyataan.

Tari Bang-bang Wetan merupakan kreasi Raff Dance Company. Sanggar Edi Peni Pacitan menarikan tarian ini pada Festival Tari Tingkat SMP se-Kabupaten Pacitan tahun 2005. Dalam festival ini, Sanggar Edi Peni berhasil menggondol predikat terbaik dan didapuk untuk mewakili kabupaten Pacitan dalam ajang Majapahit Travel Fair (MTF) se-provinsi Jawa Timur. (PK)

Senin, 15 Agustus 2016

Tarian dan Percintaan


Tarian merupakan wujud dari sebuah keindahan. Sebuah kesatuan utuh dari seni musik, seni gerak dan seni suara untuk menyampaikan sebuah pesan bagi khalayak ramai. Sebuah pesan yang diharapkan dapat berdampak luas kepada masyarakat. Oleh karenanya, tarian bukan sebuah karya asal, namun sebuah hasil dari perenungan panjang. Pesan yang mendalam merupakan cerminan dari proses kontemplasi yang juga mendalam.

Percintaan merupakan salah satu topik yang tak akan habis untuk dikupas, termasuk dalam dunia tarian. Percintaan pula menjadi inspirasi beberapa kisah legendaris, termasuk Romeo dan Juliet, hingga cerita Siti Nurbaya. Di panggung tari, banyak kisah percintaan diangkat sebagai tema, sebut saja Sendratari Roro Jonggrang, Kisah Cinta Nyai Dasima dan Kisah Raden Panji Asmorobangun.

Tema percintaan terkadang dihadirkan dalam hal yang tak biasa, sebut saja cinta terhadap alam semesta. Sebuah kampanye akan kelestarian alam agar terus dijaga. Tema tak biasa lain misalnya tentang cinta pada Sang Pencipta. Tarian-tarian sakral ini begitu magis dan mendalam. Umat Hindu yang menjadikan tarian sebagai salah satu ritual penyembahan, punya beragam tari yang bertujuan mendekatkan diri kepada Sang Hyang Widi Wasa.

Sanggar Edi Peni bersama Tim KKN dari Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta menggandeng TK Nurul Yaqin untuk mengkreasikan tarian tentang percintaan yang tak biasa: Cinta Rasulullah. Tarian ini bertujuan menanamkan cinta kepada Muhammad SAW yang diyakini umat muslim sebagai nabi terakhir yang membawa ajaran tentang kedamaian, keindahan, dan tentunya kebenaran. Lewat tari ini diharapkan anak-anak (yang menjadi penonton) pada khususnya akan semakin cinta pada nabinya. Melalui rasa cinta yang ada, diharapkan ajaran-ajaran yang dibawanya juga terus dilaksanakan untuk kebaikan duniawi dan ukhrowi. [PK]

Jumat, 05 Agustus 2016

LEGENDA WATU LUMPANG

Nun di ujung timur Kabupaten Pacitan tersebutlah sebuah kisah yang sudah melegenda, tepatnya di dusun Bawur, Desa Sukorejo, Kecamatan Sudimoro. Desa Sukorejo merupakan daerah yang subur makmur. Pertanian merupakan sektor utama yang menghidupi warganya.



Alkisah di pinggir pantai Kondhang ada sebuah batu Gumuk yang menyerupai lumpang dan sepotong batu panjang yang menyerupai alu. Lumpang dan alu tersebut ternyata tempat bersemayamnya Jin Dawil Kasut.

Konon cerita Jin Dawil Kasut ini mempunyai kebiasaan yang buruk, dia suka sekali memangsa bayi. Bila dia menghendaki mangsa maka dia memukul batu tersebut sehingga terdengar sampai pelosok daerah di Bawur, dan selanjutnya ada kejadian aneh bayi meninggal mendadak dan di Batu Lumpang itu mengalir darah segar.

Karena kejadian yang berulang ulang maka perangkat desa ada kesepakatan untuk mendatangkan Kyai Baweh dari Ponorogo yang dikenal bisa menaklukkan jin. Dan setelah kedatangan Kyai Baweh dengan segala daya dan upayanya Batu Lumpang dapat di balik sehingga tengkurap dan alunya terpotong jadi dua.

Semenjak bisa terbaliknya Batu Lumpang daerah Bawur Sukorejo menjadi aman dan tenteram sampai sekarang.


Foto: Doc-info Pacitan