Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Peribahasa
tersebut memberikan pengertian kepada kita bahwa setiap daerah mempunyai
hal-hal spesifik yang membedakan dengan daerah lain, baik terkait alam maupun
kesenian. Indonesia adalah negara yang terdiri dari ratusan suku bangsa dan
ribuan sub-suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki kekhasan masing-masing,
termasuk dalam menyambut hari
kemerdekaan Republik Indonesia.
Kecamatan Ngadirojo nampaknya
salah satu daerah yang konsisten dalam menyambut hari kemerdekaan Republik
Indonesia dengan penuh kemeriahaan. Beragam acara telah terangkai beberapa
waktu sebelum tanggal tujuh belas, misalnya perlombaan olahraga ataupun
perlombaan di bidang seni dan budaya. Puncaknya, didirikan stand expo dari
masing-masing desa dan instansi yang ada di wilayah kecamatan Ngadirojo. Expo ini beroperasi dari 17 hingga 19
Agustus dengan memamerkan hal-hal unggulan dari desa/instansi masing-masing. Selain
expo, lapangan desa Ngadirojo juga
didirikan panggung tempat berekspresi dari generasi bangsa di kecamatan
Ngadirojo.
Sanggar Edi Peni berkesempatan show up kemampuan di panggung
kemerdekaan pada tanggal 18 Agustus 2015. Dengan menggandeng SMP Negeri 1 Ngadirojo,
sanggar Edi Peni menyajikan tari Sanjaya Rangin. Berbeda dengan tampilan
sebelumnya, tarian Sanjaya Rangin dikemas dengan sedikit berbeda. Perbedaan
paling mencolok nampak dari mahkota yang dikenakan penari dan tata rias rambut.
Mahkota yang dipakai nampak lebih mewah daripada tampilan penari Sanjaya Rangin
sebelumnya. Sedangkan rambut dibiarkan terurai, ciri khas tarian Jawa Timur.
Tari kedua yang disajikan adalah
Tari Topeng Sumur Gedhe. Tarian ini ditarikan oleh lima siswi SMP Negeri 3
Ngadirojo dengan anggun. Tari ini adalah runner
up FLS2N Kabupaten Pacitan kategori Cipta Kreasi Tari SMP. Tari Topeng Sumur
Gedhe bercerita tentang penunggu danyang
Sumur Gedhe yang berada di wilayah Tawang, Sidomulyo.
Kedua tari tersebut menjadi
sajian yang memuaskan warga Ngadirojo yang haus dengan tampilan kesenian anak
bangsa yang belakangan banyak digeser oleh tari-tari modern yang datang bersama
arus globalisasi. Kedua tari tersebut juga merupakan bukti bahwa masih ada anak
bangsa yang menjaga dan melestarikan budaya daerah sebagai aset budaya
nasional. [PK]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar