Keris adalah sebuah peralatan
yang terbuat dari besi, besi baja, atau campuran logam lain dengan besi. Keris sangat
erat dengan kehidupan masyarakat Jawa, bahkan keris dapat ditemukan di Sumatera,
Malaysia, Brunei, hingga Mindanao Filipina. Keris sendiri mulai dikenal pada
abad ke sembilan sebagaimana yang disebutkan pada Prasasti Karangtengah (824 M)
dan Prasasti Poh (904 M). Gambaran keris
juga dapat kita lihat pada relief di dinding-dinding candi yang ada di
Indonesia, salah satunya di candi Borobudur.
Keris dalam relief Borobudur (Wikipedia) |
Keris adalah bukti peradaban
manusia, dan keris adalah saksi sejarah perkembangan peradaban, khususnya bagi
masyarakat Jawa. Pada masa berburu, keris merupakan senjata untuk mencari
mangsa dan buruan. Peradaban berkembang, manusia tak lagi berburu dan hidup
nomaden, manusia hidup menetap dan mulai menata sistem sosial. Dalam hal ini,
keris adalah senjata untuk mempertahannkan diri dari serangan musuh agar
teritorinya dapat terjaga. Saat ini, keris adalah senjata kehidupan, di mana
manusia harus belajar akan filosofi-filosofi hidup yang sering disematkan
secara simbolis oleh leluhur kita.
Saat ini, keris kebanyakan
digunakan sebagai aksesoris pelengkap busana Jawa. Namun, banyak pula
menganggap keris sebagai barang bertuah, atau bahkan sebagai investasi, sehingga
keris yang dimilikinya dihias begitu indah dengan emas atau intan permata.
Fungsi keris kembali kepada pemiliknya.
Keris |
Aryo Kartono mengingatkan tentang
fungsi keris melalui sebuah kalimat yang disampaikan oleh leluhur Jawa,
“Janjine
dudu jimat kemat, ananging agunging Gusti Kang Pinuji.”
Peringatan ini nampaknya lahir
karena adanya bukti dan kehawatiran saat keris banyak dipuja dan disembah.
Peringatan ini diberikan oleh leluhur kepada kita, generasi penerusnya, agar
tidak terjebak pada pemahaman yang keliru tentang fungsi keris yang
diagungkan, karena sudah menjadi
keharusan dan kepastian bahwa hanya Tuhan Yang Maha Agug-lah yang pantas untuk
disembah dan dipuja. [PK]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar