Rabu, 05 Agustus 2015

Keris, Sebuah Mahakarya Manusia [Bagian 3]




Dalam kaidah penciptaan, setiap benda tercipta dengan tujuan tertentu. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh benda ciptaan tersebut akan terejawantah dari detail struktur morfologi yang diperhitungkan sangat rinci oleh penciptanya. Keris pun demikian, sebagai benda yang kerap dikelompokkan dalam kategori logam pusaka tosan aji, sudah tentu jika keris juga dibuat dengan perhitungan dan pertimbangan yang sangat rinci.
Keris mempunyai tiga bagian utama, yaitu bilah, ganja dan hulu keris. Bilah (wilah atau daun keris) merupakan bagian yang harus ada, sedangkan bagian yang lain tidak harus ada, namun keris yang baik harus memiliki kesemuanya. Ganja adalah bagian yang menopang keris, sedangkan hulu keris adalah bagian ukiran yang berfungsi sebagai pegangan keris. Dalam penyimpanannya, keris dilengkapi dengan sarung selongsong yang dikenal dengan nama warangka.
Bilah keris merupakan baguan utama dalam proses identifikasi keris. Identifikasi ini terkait dengan pengetahuan tentang morfologi (dhapur) yang umumnya berhubungan dengan nilai spiritual dan estetika dari sebuah keris. Dalam identifikasi tersebut, pola bilah (lurus atau berlekuk/luk), ornamen (ricikan), warna pancaran bilah dan pola pamor merupakan kombinasi yang umumnya menjadi kriteria penilain keris.
Hulu atau pegangan keris mempunyai bermacam-macam motif dan umumnya mempunyai arti tertentu. Bagi masyarakat Jawa, hulu keris umumnya berupa ukiran-ukiran dengan makna filosofi mendalam. Bagi masyarakat Bugis, hulu keris umumnya berupa burung laut yang menggambarkan pola kehidupan masyarakat Bugis sebagai pelaut.
Warangka merupakan bagian terpisah dari sebuah keris. Selain berfungsi sebagai sarung, warangka dapat dijadikan sebagai identitas status sosial, karena umumnya warangka akan berhiaskan emas, perak atau batu mulia. Berdasarkan bentuknya, warangka mempunyai dua bentuk dasar, yaitu warangka ladrang dan warangka gayaman. Saat ini, warangka ladrang banyak ditemukan di keraton Yogyakarta, dan warangka gayaman di keraton Surakarta.
Keris Lurus vs Keris Luk
Menurut sejarah penciptaannya, keris merupakan senjata tusuk dan sabet yang digunakan untuk melumpuhkan musuh. Banyak diantara keris yang ada dilengkapi dengan racun yang sangat mematikan, sehingga meskipun hanya tergores sedikit saja, namun korban akan segera menemui kematiannya. Bentuk morfologi bilah keris yang lurus dan berlekuk (ber-luk) sebenarnya dapat dihubungkan dengan pola luka yang dihasilkan dari tusukan atau sabetan dari keris tersebut. Namun, lebih dari hal tersebut, bentuk bilah keris umumnya juga dikaitkan dengan fungsi spiritual dari keris tersebut.
Keris Lurus
Keris lurus mempunya fungsi murni untuk menusuk dan merobek lawan dengan menyabetkannya. Sedangkan keris dengan luk mempunyai fungsi lebih banyak. Luk atau jumlah kelokan yang dimiliki dapat digunakan untuk menahan/menangkis sabetan lawan. Dengan adanya luk pada pilah keris, dipercaya keris menjadi lebih kuat secara morofologi dan juga pola robekan yang dihasilkan akan lebih parah.
Keris lurus mempunya bentuk yang sederhana, namun saat ini keris lurus juga dibuat lebih rinci dengan motif pamor, dapur keris dan hiasan lain. Keris lurus dihubungkan dengan kelurusan hati pemiliknya, hal ini terkait dengan keteguhan hati untuk terus berada dalam jalan yang lurus. Oleh karena nilai spiritual tersbut, keris lurus umumnya digunakan oleh para ksatria dalam membela kebenaran.
Keris Luk 3 hingga Luk 13
Keris dengan luk sangat banyak dan beragam, umumnya dijumpai kerus dengan luk 3 hingga 13, keris dengan luk 1 dan lebih dari 13 jarang dijumpai. Keris luk 1 melambangkan harapan dan kesejahteraan. Keris ini menandakan hasrat duniawi dari sang pemilik keris. Keris ber-luk 3 lebih menonjolkan keseimbangan antara sisi jasmaniah dan rohaniah sang pemilik keris. Sedangkan keris ber-luk 5 merupakan keris yang identik dengan status ningrat dalam strata sosial. Pada zaman dahulu, keris ber-luk 5 hanya boleh dipunyai oleh raja atau kalangan pejabat istana. Keris pulanggeni merupakan contoh dari keris ber-luk 5.
Keris ber-luk 7 diperuntukkan untuk orang yang menganggap hidup keduniawiannya telah sempurna, sehingga keris ini umumnya digunakan oleh para sesepuh yang sudah tidak mengejar keduniawian. Sama halnya dengan keris ber-luk 9, keris ini umumnya dipakai oleh para pertapa, panembahan dan orang-orang yang tidak lagi mengejar hasrat dunia dan telah memiliki kemapanan rohaniah. Keris dengan luk 11 dan 13 dibuat untuk mendobrak pakem yang telah ada. Angka 11 dalam masyarakat Jawa mungkin memiliki arti tertentu, seperti makna kesialan pada angka 13, sehingga keris ber-luk 13 dibuat sebagai penolak kesialan yang mungkin akan menimpa sang pemilik keris. Sedangkan untuk keris dengan luk lebih dari 13 jarang ditemukan.
Selain dua pola dasar bilah keris, dijumpai pula keris yang lebih kecil dengan bilah melengkung, keris ini disebut keris taji ayam. Keris taji ayam umumnya dijumpai pada keris-keris di daerah yang telah terakulturasi dengan kebudayaan Islam. Di daratan tanah Andalas keris jenis ini lebih banyak berkembang.
Keris Taji Ayam
Terlepas dari kepercayaan atas kekuatan ghaib dan fungsi spiritual dari sebilah keris, sudah sepantasnyalah kita menyikapi segala yang kita temui dengan lebih bijak. Hal-hal yang kita lihat mungkin memiliki makna yang tidak nampak secara langsung. Maka, sudah seyogyalah jika apapun yang kita temui menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Bersambung... [PK]




Tidak ada komentar:

Posting Komentar