Dalam kaidah penciptaan, setiap
benda tercipta dengan tujuan tertentu. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai oleh
benda ciptaan tersebut akan terejawantah dari detail struktur morfologi yang
diperhitungkan sangat rinci oleh penciptanya. Keris pun demikian, sebagai benda
yang kerap dikelompokkan dalam kategori logam pusaka tosan aji, sudah tentu
jika keris juga dibuat dengan perhitungan dan pertimbangan yang sangat rinci.
Keris mempunyai tiga bagian
utama, yaitu bilah, ganja dan hulu keris. Bilah (wilah atau daun keris) merupakan bagian yang harus ada, sedangkan
bagian yang lain tidak harus ada, namun keris yang baik harus memiliki
kesemuanya. Ganja adalah bagian yang menopang keris, sedangkan hulu keris
adalah bagian ukiran yang berfungsi sebagai pegangan keris. Dalam
penyimpanannya, keris dilengkapi dengan sarung selongsong yang dikenal dengan
nama warangka.
Bilah keris
merupakan baguan utama dalam proses identifikasi keris. Identifikasi ini
terkait dengan pengetahuan tentang morfologi (dhapur) yang umumnya berhubungan dengan nilai spiritual dan
estetika dari sebuah keris. Dalam identifikasi tersebut, pola bilah (lurus atau
berlekuk/luk), ornamen (ricikan), warna pancaran bilah dan pola
pamor merupakan kombinasi yang umumnya menjadi kriteria penilain keris.
Hulu atau
pegangan keris mempunyai bermacam-macam motif dan umumnya mempunyai arti
tertentu. Bagi masyarakat Jawa, hulu keris umumnya berupa ukiran-ukiran dengan
makna filosofi mendalam. Bagi masyarakat Bugis, hulu keris umumnya berupa
burung laut yang menggambarkan pola kehidupan masyarakat Bugis sebagai pelaut.
Warangka
merupakan bagian terpisah dari sebuah keris. Selain berfungsi sebagai sarung,
warangka dapat dijadikan sebagai identitas status sosial, karena umumnya
warangka akan berhiaskan emas, perak atau batu mulia. Berdasarkan bentuknya,
warangka mempunyai dua bentuk dasar, yaitu warangka
ladrang dan warangka gayaman. Saat
ini, warangka ladrang banyak ditemukan di keraton Yogyakarta, dan warangka
gayaman di keraton Surakarta.
Keris Lurus vs Keris Luk
Menurut
sejarah penciptaannya, keris merupakan senjata tusuk dan sabet yang digunakan
untuk melumpuhkan musuh. Banyak diantara keris yang ada dilengkapi dengan racun
yang sangat mematikan, sehingga meskipun hanya tergores sedikit saja, namun
korban akan segera menemui kematiannya. Bentuk morfologi bilah keris yang lurus
dan berlekuk (ber-luk) sebenarnya
dapat dihubungkan dengan pola luka yang dihasilkan dari tusukan atau sabetan
dari keris tersebut. Namun, lebih dari hal tersebut, bentuk bilah keris umumnya
juga dikaitkan dengan fungsi spiritual dari keris tersebut.
Keris Lurus |
Keris lurus
mempunya fungsi murni untuk menusuk dan merobek lawan dengan menyabetkannya.
Sedangkan keris dengan luk mempunyai fungsi lebih banyak. Luk atau jumlah
kelokan yang dimiliki dapat digunakan untuk menahan/menangkis sabetan lawan.
Dengan adanya luk pada pilah keris, dipercaya keris menjadi lebih kuat secara
morofologi dan juga pola robekan yang dihasilkan akan lebih parah.
Keris lurus
mempunya bentuk yang sederhana, namun saat ini keris lurus juga dibuat lebih
rinci dengan motif pamor, dapur keris dan hiasan lain. Keris lurus dihubungkan
dengan kelurusan hati pemiliknya, hal ini terkait dengan keteguhan hati untuk
terus berada dalam jalan yang lurus. Oleh karena nilai spiritual tersbut, keris
lurus umumnya digunakan oleh para ksatria dalam membela kebenaran.
Keris Luk 3 hingga Luk 13 |
Keris dengan
luk sangat banyak dan beragam, umumnya dijumpai kerus dengan luk 3 hingga 13,
keris dengan luk 1 dan lebih dari 13 jarang dijumpai. Keris luk 1 melambangkan
harapan dan kesejahteraan. Keris ini menandakan hasrat duniawi dari sang
pemilik keris. Keris ber-luk 3 lebih menonjolkan keseimbangan antara sisi
jasmaniah dan rohaniah sang pemilik keris. Sedangkan keris ber-luk 5 merupakan
keris yang identik dengan status ningrat dalam strata sosial. Pada zaman
dahulu, keris ber-luk 5 hanya boleh dipunyai oleh raja atau kalangan pejabat
istana. Keris pulanggeni merupakan contoh dari keris ber-luk 5.
Keris ber-luk 7
diperuntukkan untuk orang yang menganggap hidup keduniawiannya telah sempurna,
sehingga keris ini umumnya digunakan oleh para sesepuh yang sudah tidak
mengejar keduniawian. Sama halnya dengan keris ber-luk 9, keris ini umumnya
dipakai oleh para pertapa, panembahan dan orang-orang yang tidak lagi mengejar
hasrat dunia dan telah memiliki kemapanan rohaniah. Keris dengan luk 11 dan 13
dibuat untuk mendobrak pakem yang telah ada. Angka 11 dalam masyarakat Jawa
mungkin memiliki arti tertentu, seperti makna kesialan pada angka 13, sehingga
keris ber-luk 13 dibuat sebagai penolak kesialan yang mungkin akan menimpa sang
pemilik keris. Sedangkan untuk keris dengan luk lebih dari 13 jarang ditemukan.
Selain dua pola
dasar bilah keris, dijumpai pula keris yang lebih kecil dengan bilah
melengkung, keris ini disebut keris taji
ayam. Keris taji ayam umumnya dijumpai pada keris-keris di daerah yang
telah terakulturasi dengan kebudayaan Islam. Di daratan tanah Andalas keris jenis
ini lebih banyak berkembang.
Keris Taji Ayam |
Terlepas dari
kepercayaan atas kekuatan ghaib dan fungsi spiritual dari sebilah keris, sudah
sepantasnyalah kita menyikapi segala yang kita temui dengan lebih bijak.
Hal-hal yang kita lihat mungkin memiliki makna yang tidak nampak secara
langsung. Maka, sudah seyogyalah jika apapun yang kita temui menjadi sarana
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Bersambung... [PK]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar