Selasa, 21 Juli 2015

Tradisi Sungkeman


Ibu Adi Peni memberikan sungkem kepada sang suami, Bapak Edi Suwito

Idul Fitri merupakan satu dari dua hari raya umat muslim di seluruh penjuru dunia. Idul Fitri dirayakan pada tanggal 1 bulan Syawal, setelah melaksanakan serangkaian ibadah di bulan Ramadhan. Di Indonesia, Idul Fitri juga dikenal dengan istilah lebaran, sedangkan di masyarakat Jawa, Idul Fitri juga dikenal dengan istilah ba’da, bodo, dan riyaya atau riyadin.


Akulturasi budaya Islam dan Indonesia, maupun Jawa, nampak sangat khas dalam perayaan Idul Fitri. Banyak tradisi yang unik yang hanya di temuni di Indonesia, atau hanya di masyarakat Jawa, namun tidak ditemui di umat muslim dari belahan dunia yang lain. Sebut saja mudik, aktivitas kembali ke kampung halaman ini menjadi satu hal yang paling populer terjadi di Indonesia. Perputaran uang begitu cepat, transportasi begitu padat sehingga menyedot perhatian media masa untuk menjadikannya berita utama. Selain mudik, tradisi memakai baju baru dan menghidangkan makanan khas daerah menjadi tradisi lain yang tak bisa dilepas dari perayaan Idul Fitri.


Bagi masyarakat Jawa, Idul Fitri banyak dijadikan sebagai ajang silaturrahim antar anggota keluarga, sanak famili dan tetangga. Anggota keluarga dan masyarakat yang merantau akan kembali mudik ke kampung halaman dan menikmati hangatnya suasana keluarga. Mengenang kembali masa lalu, bercerita bersama kawan lama, atau sekedar menikmati objek wisata andalan yang berada tak jauh dari rumah.
Sungkeman, merupakan tradisi lain yang berkembang di masyarakat Jawa. Kata sungkeman berasal dari kata sungkem yang berarti duduk bersimpuh di depan seseorang untuk memberikan peghormatan. Sungkem tidak berarti menyembah, namun menunjukkan sikap penghormatan. Tradisi sungkeman tidak hanya berlangsung saat Idul Fitri, namun juga berlangsung saat rangkaian acara pernikahan. Sungkeman dilakukan oleh istri kepada suami, oleh anak kepada orang tua, atau dari anak muda kepada yang lebih tua.


Sungkeman dapat diartikan sebagai wujud bakti dari yang memberikan sungkem kepada seseorang yang menerima sungkem. Dalam tradisi Idul Fitri, sungkeman di masyarakat Jawa dilakukan sambil memberikan ucapan selamat Idul Fitri diikuti dengan permintaan maaf. Banyak versi ucapan yang diberikan saat tradisi sungkeman, misalnya,


Sugeng AriyadiKawula ngaturaken sedaya kalepatan, kawula nyuwun pangapura Terjemahan Bebas:
Selamat Hari Raya
Saya menghaturkan permintaan maaf atas segala kesalahan
 Umumnya, yang menerima sungkem juga akan menjawab dengan berbagai versi, misalnya,


Podho-podho,

Wong tuwo ugo okeh lupute, ayo podho dilebur ing dino Riyaya iki 

Terjemahan Bebas
Sama-sama,
Orang tua juga punya banyak salah, mari dilebur di Hari Raya ini


Sungkeman merupakan tradisi unik yang mungkin akan hilang suatu saat nanti. Sungkeman mungkin hanya akan menjadi cerita bagi generasi-generasi selanjutnya. Semua kemungkinan tersebut akan menjadi nyata atau hanya akan menjadi wacana belaka. Semua kemungkinan tersebut bergantung kepada kita, melestarikannya atau membiarkannya menghilang bersama pergeseran masa.
 Selamat Hari Raya Idul Fitri 1436 Hijriah,
Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan tahun-tahun berikutnya,
Taqobalallahu minna wa minkum,
 Mohon Maaf Lahir dan Batin... [PK]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar