Penabuh gamelan dan swarawati Sanggar Edi Peni saat mengiringi pementasan Tari Klonthong Jengglur di Alun-alun Kabupaten Pacitan |
Sebuah pementasan tari tak akan pernah terlepas dari musik
pengiringnya, apapun bentuknya. Beberapa jenis tarian akan hanya diiringi oleh
tetabuan sederhana, namun terkadang sebuah tari diiringi oleh bunyi-bunyian
yang sangat kompleks. Musik iringan sebuah pementasan tari bukan sekedar
mengiringi belaka, namun musik pengiring juga memperkuat pesan utuh dari tarian
yang akan disampaikan kepada penonton. Selain itu, adanya musik pengiring
membuat tarian menjadi lebih hidup dan memiliki daya tarik yang lebih.
Musik pengiring tarian juga akan menunjukkan identitas sajian tari
tersebut. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki ragam corak musik yang
berbeda. Tifa menjadi alat perkusi utama bagi pertunjukan dari daerah Indonesia
Timur, sedangkan rebana menjadi ciri khas bagi pertunjukan yang bernafaskan
Islam.
Gamelan merupakan seperangkat alat musik yang sangat populer di
Indonesia, bahkan mancanegara. Gamelan merupakan sebuah ansambel musik dari
beragam alat musik, yang umumnya terdiri atas gong, bonang, kenong, gendang,
gambang dan alat musik lainnya. Di Indonesia, gamelan dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok utama, yaitu gamelan Bali, gamelan Jawa dan gamelan
Sunda.
Ketiga macam gamelan ini memiliki ciri khas yang saling membedakan
satu sama lain. Gamelan Bali menyajikan irama yang lebih rancak, sedangkan
gamelan Sunda menampilkan irama yang mendayu-dayu dengan suara seruling yang
sangat dominan. Gamelan Jawa, seperti yang berkembang di Yogyakarta dan Surakarta,
menawarkan irama yang lembut, yang menggambarkan pandangan hidup orang Jawa.
Dalam filosofi Jawa, kata gamelan
berasal dari kata gamel yang berarti memukul/menabuh,
sedangkan imbuhan an yang melekat
pada akhir kata tersebut berfungsi untuk menjadikannya kata benda, sehingga gamelan dapat diartikan sebagai sebuah
tabuhan atau benda yang ditabuh/dipukul.
Sejarah gamelan, seperti dituturkan oleh Gusti Puger putra Paku Buwono
XII dan Serat Wedhapradangga dari Keraton Surakarta, menunjukkan bahwa gamelan
pertama kali ada di tanah Jawa pada Gangsa Raras Salendro. Keterangan ini
seperti yang dihimpun oleh Raden Ngabehi Prajapangrawit pada tahun 1874,
seperti yang tertulis dalam www.egamelanku.com.
Gamelan hadir sebagai sarana untuk menyajikan gending-gending, untuk
mengiringi pementasan wayang orang, wayang kulit, ketoprak dan tari-tarian.
Selain itu, beberapa perangkat gamelan dianggap sakral di dalam keraton, dan
hanya digunakan dalam perayaan tertentu saja, misalnya Gamelan Sekati (Kanjeng
Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Guntursari) yang umumnya ditabuh untuk
perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Di era globalisasi ini, gamelan sudah go international dan banyak berkolaborasi dengan musik-musik
mancanegara sehingga menghadirkan nuansa yang berbeda dalam pagelarannya. Musik
jazz sering berkolaborasi dengan memasukkan beberapa unsur gamelan di dalamnya,
bahkan beberapa film Hollywood menjadikannya
sebagai backsound.
Tugas kita sebagai anak bangsa adalah mencintai, melestarikan dan
mengembangkannya. Sehingga kelak, gamelan bukan hanya menjadi sebuah cerita dan
legenda belaka.
Bersambung... [PK]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar