“Sanggar Edi Peni adalah rumah”, ungkapan inilah yang terlontar dari
wanita cantik bernama lengkap Erna Widhyastuti saat ditanya tentang kesan
kebersamaan dengan Sanggar Edi Peni Pacitan. Wanita yang akrab dipanggail Enga
ini adalah salah satu penari andalan di Sanggar Edi Peni pada zamannya. Edisi
hari ini, blog Sanggar Edi Peni Pacitan akan menghadirkan wawancara khusus
bersama salah satu penari Merak Singlar, yuk simak!
Sanggar Edi Peni adalah Rumah
Kebersamaan adalah sebuah hal yang begitu indah, demikian pula yang
dialami mbak Erna saat bersama Sanggar Edi Peni. Entah berapa banyak suka dan
duka yang dialami, semuanya adalah bagian dari perjalanan, bagian dari
kehidupan. Dan bagi wanita yang kini aktif mengajar di SMA Negeri 5 Balikpapan,
Kalimantan Timur ini, Sanggar Edi Peni adalah bagian dari perjalanan hidupnya.
Mbak Erna bersama muridnya dengan kostum Dayak (dokumentasi pribadi mbak Erna) |
Bergabung sejak berusia masih sangat beliau, sekitar umur lima tahun,
saat mbak Erna masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak (TK), banyak kebersamaan
yang dia kecap di sanggar yang berlokasi di selatan balai desa Hadiluwih,
kecamatan Ngadirojo, kabupaten Pacitan ini. “Kesan bersama sanggar Edi Peni
sampai ke relung hati, dan saat ini pun saya masih merasa sebagai anggota
sanggar, bukan alumni.”, kata wanita berjilbab kelahiran desa Hadiwarno ini.
Seakan mengenang ramainya saat latihan bersama, mbak Erna juga
mengungkapkan kondisi sanggar Edi Peni kala itu. Belum adanya tempat khusus
bagi sanggar menyebabkan latihan berpindah-pindah tempat, dan faktor ini justru
menjadi tempaan untuk para anggota agar makin solid dan bakin berkembang.
Berlatih Memasak
Sanggar Edi Peni memang bukanlah lembaga kursus yang menawarkan bidang
keahlian mengolah bahan mentah menjadi makanan siap hidang, namun ternyata di
sanggar ini para angotanya juga belajar memasak. Mbak Erna menuturkan bahwa
belajar memasak adalah bagian dari rutinitas di sanggar. Setelah lelah berlatih
dan perut mulai keroncongan, maka anggota sanggar pun semangat menuju dapur
untuk mengolah bahan-bahan yang ada menjadi santapan bersama.
Memasak memang bukan keahlian utama yang diajarkan di sanggar Edi
Peni, hal ini adalah bumbu kebersamaan yang musti dibayarkan. Mbak Erna
menuturkan bahwa kelas utama adalah pelajaran tari dan dunia pementasan.
Bagaimana teknik dasar hingga teknik penyajian sebuah tari merupakan makanan
utama saat itu. “Selain belajar tari, saya juga belajar menata busana, menata
rias diri sendiri dan menata rias bagi orang lain.”, ungkapnya.
Banyak Foto yang Rusak
Dunia makin berkembang, termasuk modernisasi dalam bidang dokumentasi.
Saat ini, hampir setiap handphone
yang dimiliki setiap orang memiliki kemampuan untuk mengabadikan setiap
kejadian, hal ini sangat berbeda dengan zaman dahulu, dimana foto adalah sebuah
hal yang ‘mahal’. Hal ini juga dialami oleh mbak Erna, banyak foto kenangannya
bersama sanggar Edi Peni rusak sebelum sempat didigitalisasi. Meski foto-foto
kenangan tersebut rusak, kami yakin bahwa kenangan tersebut akan terus hidup.
Wanita Enerjik
Tak banyak penggambaran yang diberikan oleh Bapak Edi Suwito atas anak didiknya yang bernama Erna Widhyastuti ini. Beliau hanya memberikan beberapa kata yang paling terlintas saat namanya disebutkan. Lima hal yang disampaikan Bapak Edi Suwito tentang mbak Erna, (1) cantik, (2) supel, (3) enerjik, (4) mudah bergaul, dan (5) menyenangkan. Apakah Anda setuju?
PON 2000
Entah sudah berapa banyak tarian dan pertunjukan yang dipentaskan oleh
mbak Erna bersama sanggar Edi Peni. Mbak
Erna aktif menari bersama sanggar Edi Peni sekitar 20 tahun, sejak sanggar Edi
Peni belum resmi berdiri. Bagaimana tidak, mbak Erna bergabung sekitar tahun
1989 dan terakhir menari bersama sanggar Edi Peni pada tahun 2009, di mana kala
itu mbak Erna sedang menyelesaikan kuliahnya di Pendidikan Seni Tari
Universitas Negeri Malang.
Dalam kurun waktu 20 tahun ini, tari Merak Singlar merupakan tarian
yang paling berkesan di hati wanita yang lahir pada 27 Oktober 1984. Tari Merak
Singlar membawanya tampil dalam pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun
2000. Tari ini pula yang membawanya tampil di Taman Mini Indonesia Indah (TMII)
Jakarta.
Mbak Enga sedang menari Merak Singlar |
Sanggar Edi Peni adalah Bagian
Hidup
Sanggar Edi Peni hanyalah sanggar seni, di sini diajarkan bagaimana
kesenian dapat membuat hidup menjadi lebih berarti. Setiap anggota berhak
memilih, sekedar belajar seni, atau menyelaminya lebih dalam. Dan Mbak Erna
memilih opsi kedua atas pertanyaan ini. Wanita yang juga tampil dalam
sendratari “Jangkrik Genggong” ini menjadikan seni adalah bagian dari hidupnya,
sama halnya dengan sanggar Edi Peni.
Selepas lulus dari SMA Negeri 1 Ngadirojo, mbak Erna melanjutkan studi
di Pendidikan Seni Tari Universitas Negeri Malang. Saat ini beliau aktif
sebagai Guru Seni di SMA Negeri 5 Balikpapan. Meski jarak sudah membentang
antara Lorok dengan Balikpapan, namun silaturahim antara keduanya masih
terjalin. Saat ditanya tentang hubungan antara dirinya dengan sanggar saat ini
pun mbak Erna dengan tegas menyatakan bahwa komunikasi masih terus dilakukan.
Beliaupun masih menyebut pimpinan sanggar Edi Peni dengan panggilan khusus, Pak
Ito dan Mama (masing-masing merupakan panggilan akrab dari anak-anak bagi Pak
Edi Suwito dan Ibu Adi Peni).
Harumkan Nama Sanggar Edi Peni
dengan Karyamu
“Harumkan nama sanggar Edi
Peni dengan karyamu”, demikianlah pesan yang disampaikan mbak Erna untuk
anggota sanggar Edi Peni. Sebelumnya,
mbak Erna juga berpesan kepada seluruh anggota sanggar agar jangan lelah untuk
terus berlatih dan mengeksplorasi kemampuan, karena hal tersebutlah yang akan
menjadi bekal kita di kemudian hari. [PK, seperti yang dituturkan narasumber]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar