Selasa, 30 Juni 2015

Reog Ponorogo, Sebuah Kisah Cinta

Atraksi Dadak Merak, Jathil dan Bujang Ganong dalam kesenian Reog Ponorogo (Foto: https://www.flickr.com/photos/37552908@N08/4730171113) 

Titik awal dari sebuah karya seni berpijak pada ide yang terjabarkan dalam torehan-torehan karya atasnya. Banyak hal yang dapat dijadikan ide besar dalam pengolahan sebuah karya, salah satunya adalah cinta. Telah banyak lagu tertulis atas nama cinta, telah banyak puisi terlahir dari rahim cinta, pun terlah banyak tarian indah terwujud dari indahnya cinta. Salah satu karya termahsyur dalam dunia tari atas nama cinta adalah Reog.

Kesenian yang menjadi icon kabupaten Ponorogo ini sarat makna, dan masih dalam berputar dalam garis edar cinta.Percintaan dari Raja Klana Sewandana kepada Putri Raja Kerajaan Kediri, percintaan lintas kerajaan yang akan terkenang abadi.

Sebagaimana telah dibahas pada postingan terdahulu, warok dan bujang ganong merupakan fragmen dari kisah percintaan ini. Raja Klana Sewandana, Pasukan berkuda (jathilan) dan Dadak merak merupakan karakter lain yang ada dalam kisah ini.

Klana Sewandana (Foto: http://flickrhivemind.net/)

Ada banyak versi terkait Reog Ponorogo. Versi resmi yang membahas alur cerita Reog adalah keinginan Raja Ponorogo untuk mempersunting putri dari Raja Kediri. Dalam perjalanan menuju Kediri, Raja Klana Sewandana yang didampingi oleh Patih Pujangga Anon (Bujang Ganong) dicegat oleh Raja Singabarong. Selanjutnya terjadilah pertarungan antara Kerajaan Ponorogo dan Kerajaan Kediri. Pertempuran ini melibatkan ilmu hitam yang sangat mematikan, sehingga tidak jarang terjadi kerasukan dalam pementasan Reog.

Banyak pihak yang meyakini bahwa Reog merupakan warisan budaya adiluhung yang lahir dari adanya aliran kepercayaan yang berkembang turun-temurun. Banyak kisah yang mengikuti kisah ini, terkait ritual-ritual yang harus dijalani oleh semua bagian dari pementasan ini. Namun, terlepas dari hal tersebut Reog merupakan hasil kreasi manusia yang sangat luar biasa sehingga mampu berakar kuat di masyarakat dan menjulang tinggi hingga dikenal di dunia mancanegara.

Sebuah pementasan Reog Ponorogo (Foto: beritahu.org)

Versi lain dari kisah Reog berpijak dari kecintaan Ki Ageng Kutu terhadap Kerajaan Majapahit. Ki Ageng Kutu merupakan seorang abdi kerajaan pada masa Bhre Kertabhumi, Raja Majapahit terakhir yang berkuasa pada abad ke-15. Beliau merasa bahwa Majapahit tidak lagi berjalan dengan sistem yang telah ada, karena adanya pengaruh dari Tiongkok. Karena kecintaannya terhadap kerajaan, Ki Ageng Kutu menciptakan sebuah perguruan kanuragan. Selanjutnya, Ki Ageng Kutu membuat pesan politik yang berisi sindiran terhadap pemerintahan. Dipakailah Reog dalam melancarkan sindiran tersebut.

Lahir dari sebuah rasa cinta, Reog juga menumbuhkan kecintaan masyarakat kepada negara, terutama budaya. Hal ini pernah terjadi saat adanya kontroversi yang muncul karena Reog muncul dalam iklan pariwisata Malaysia. Kontrovesi mereda sejak penetapan Reog sebagai kesenian asli Indonesia dengan dikeluarkannya surat nomor 026377 tertanggal 11 Februari 2004 oleh Menkumham RI tentang hak cipta Reog Ponorogo. Setelahnya pihak Malaysia juga memberikan keterangan terhadap iklan tersebut. [PK]

Minggu, 28 Juni 2015

Menggali Inspirasi Tari

Ibu Adi Peni sedang memandangi Laut Wonocaki sebagai sebuah tema besar karya

Seni tari merupakan sebuah seni garapan yang memadukan gerak, musik, mimik yang menyatu dalam sebuah sajian rasa. Seperti layaknya cabang seni lain, setiap karya tari juga membawa wacana yang ditawarkan dalam setiap penampilannya. Jika syair dan nada menjadi representasi seni musik, maka paduan gerak dan lagu merupakan cara sebuah tari menuturkan kisah yang dibawakannya. Gerakan lambat akan memberikan makna yang berbeda dengan gerak cepat, begitu pula gerak kaki, kerlingan mata ataupun pola lantai akan menjadi sebuah bagian cerita yang disatukan dengan harmonisasi musik pengiringnya.

Sebagai sebuah karya seni, sebuah tari bukan terlahir demikian saja. Tari merupakan sebuah hasil dari perenungan, bentuk sebuah pemikiran. Oleh karenanya, tari juga lahir dari sebuh gagasan besar yang dikerucutkan dalam setiap paduan nada dan gerak.

Inspirasi menjadi bahan yang mahal dalam sebuah karya tari. Gagasan yang mengilhami lahirnya tari akan diwujudkan dalam setiap gerak penari, dalam setiap nada yang dihasilkan pengiring tari dan dari setiap corak busana yang dipakai penari. Ispirasi inilah yang akhirnya menjadi jalan seorang seniman dalam menyampaikan pemikirannya kepada penikmat tari.

Eko Supriyanto, seorang koreografer dan penari yang sempat melejit karena ikut dalam tur dunia Konser Madonna menuturkan bahwa inspirasi merupakan hasil dari sebuah perjalanan dan pembelajaran.

“..Inspirasi saya dapatkan melalui perjalanan, melihat kondisi dan keadaan, kemudian dicitrakan pada tradisi budaya saya, tradisi budaya yang lain, mempelajarinya lagi dan kemudian menafsirkannya ulang..”, tuturnya.

Tari Wonocaki Sanggar Edi Peni Lorok Pacitan

Inspirasi adalah hal yang sangat mendasar, ia kadang tak dapat dijumpai saat dipikirkan, namun kadang datang sekonyong-konyong tanpa perkiraan. Ari Tulang, seorang koreografer terkenal, menyatakan bahwa inspirasi dapat digali dari media sosial yang kini berkembang pesat, sebut saja televisi ataupun situs penyedia video youtube.

Dalam dunia tari, binatang juga merupakan salah satu sumber inspirasi populer. Telah banyak karya besar yang lahir dari gerak binatang, sebut saja tari merak. Edi Suwito, sebagai pimpinan Sanggar Seni Edi Peni, menuturkan bahwa inspirasi dapat digali dari alam yang banyak membentangkan pelajaran. "Setiap hal dapat dijadikan inspirasi, bahkan gerakan molat-molet setelah bangun tidur juga dapat dijadikan bahan dasar gerakan tari.", tuturnya. 

Inspirasi memang merupakan titik awal dari sebuah karya. Namun, inpirasi datang dari puncak referensi pengetahuan atas apa yang akan dituangkan. Mencari sebuah inspirasi bak perjalanan spiritual yang mengantarkan seseorang ke dalam sebuah alam berbeda untuk dapat dituangkan dalam alam nyata.

Sabtu, 27 Juni 2015

Tari Wewe, Ganongan ala Pacitan



Tari Wewe (Ganongan) Sanggar Edi Peni Pacitan

Tari Wewe merupakan sebutan populer dari sebuah tarian yang diadaptasi dari karakter Bujang Ganong atau Pujangga Anom pada kesenian Reog Ponorogo. Bujang Ganong merupakan adik seperguruan dari Klana Sewandana yang digambarkan mempunyai wajah yang tidak rupawan, bergigi tonggos, bertubuh kecil dan berambut gimbal. Penampakan fisik inilah yang menyebabkan tokoh Bujang Ganong lebih dikenal dengan sebutan "wewe" di Masyarakat Ngadirojo, Pacitan. Wewe sendiri merupakan salah satu tokoh dedemit yang berambut acak-acakan. 

Dalam kisah Reog Ponogoro, Bujang Ganong bertemu dengan kakak seperguruannya, Klana Sewandana, dan mendirikan Kerajaan Bantarangin. Klana Sewandana diangkat sebagai raja, sedangkan Bujang Ganong sebagai patihnya. Meski Bujang Ganong berwajah tak rupawan, namun ia merupaka abdi negara yang penuh loyalitas, jujur dan tanpa pamrih. Dalam kisah yang menginspirasi Reog, Bujang Ganong merupakan tokoh yang diutus untuk menjadi duta raja dalam prosesi melamar Dewi Sanggalangit dari Kerajaan Kediri.

Tari Wewe (Ganongan) menawarkan gerakan lincah

Dalam seni pertunjukan Reog Ponorogo, Bujang Ganong merupakan salah satu fragmen yang ditunggu-tunggu, selain tokoh warok, jathilan, klana sewandana dan tentunya dadak merak. Bujang Ganong merupakan tokoh jenaka yang sakti mandraguna. Kesaktian ini diperlihatkan dari kelincahannya dalam memperagakan adegan-adegan seni bela diri. Sejak era 1980-an, ditambahkan unsur seni akrobatik dalam penampilan panggung Bujang Ganong.

Penari Wewe sedang melakukan atraksi

Dalam versi lain, Bujang Ganong digambarkan sebagai karakter Ki Ageng Kutu yang menyampaikan kesenian Reog sebagai bentuk kritik terhadap pemerintahan Majapahit yang sedang berkuasa, Brawijaya V Bhre Kertabumi. Kesederhanaan karakter Bujang Ganong dalam membela kebenaran dilukiskan dengan gerak tari yang memikat.

Tentunya banyak pelajaran dari seorang Patih Bujang Ganong. Meskipun beliau mempunya kesaktian yang luar biasa, namun tetap sederhana dan bersahaja dengan gaya kocaknya. [PK]

Tari Warok



Tari Warok merupakan fragmen dari Tari Reog yang merupakan icon Kabupaten Ponorogo. Kata Warok sendiri berasah dari kata wewarah yang berarti  orang yang mempunyai tekad suci, memberikan tuntunan dan perlindungan tanpa pamrih. Warok adalah wong kang sugih wewarah (orang yang kaya akan wewarah).. Warok dalam kisah Reog Ponorogo merupaka tokoh yang pinujul dalam ilmu kanuragan dan ilmu kejawen, sehingga salah satu ciri khan gerakannya adalah saat sedang belajar dan mengajarkan ilmu kadigdayaan.

Tari Warok dibawakan oleh laki-laki dengan gaya dandanan khas yaitu jambang yang memberikan kesan gagah bagi setiap penarinya.

Warok iku wong kang wus purna saka sakabehing laku, lan wus menep ing rasa (Warok adalah orang yang sudah sempurna dalam laku hidupnya, dan sampai pada pengendapan batin).

Saat ini, banyak kreasi yang bersumber dari gerakan-gerakan Tari Warok, misalnya Tari Warok dewasa yang umumnya akan menggambarkan transfer ilmu dari Warok Tua ke Warok Muda. Sedangkan untuk tarian di dunia anak-anak, gerakan-gerakannya dibuat lebih sederhana namun tidak menghilangkan ciri khas dari karakter warok dalam cerita lengkap Reog Ponorogo.

Tari Warok yang ditampilkan oleh siswa-siswa SD Negeri Wiyoro I melibatkan delapan penari, di mana tarian ini bercerita awal dari proses pendadaran para warok.

Salah satu adegan Tari Warok Sanggar Edi Peni Pacitan

Sebagai fragmen dari cerita Reog Ponorogo, kehadiran warok tidak dapat dipisahkan dari bagian peraga lain seperti Penari Dadak Merak, Klana Sewandana, Pujangga Anom dan Jathilan. Pada posting mendatang akan dibahas tentang tarian yang bercerita tentang Pujangga Anom. [PK]

Kamis, 25 Juni 2015

Tari Kebyok Anting-Anting


Tari Kebyok Anting-anting merupakan tarian yang dibawakan oleh sekelompok anak perempuan. Dua properti utama yang dibawa adalah sampur (selendang) dan pompom (semacam rumbai-rumbai sebagaimana yang dibawa oleh para cheerleader). Kebyok sendiri dapat diartikan sebagai alat pemukul kasur, sehingga pompom yang dibawa merupakan representasi dari alat pemukul kasur tersebut. Sedangkan blog academia menyebutkan bahwa kebyok merupakan salah satu teknik menghentakkan selendang dengan tangan, sehingga selendang tersebut menyangkut di tangan penari.

Sebagaimana ciri tarian anak-anak lainnya, tari Kebyok Anting-anting juga disajikan dengan lincah, ceria dan kompak. Suasana keceriaan yang disajikan penari juga didukung oleh kostum cerah yang dikenakan penari.


Sanggar Edi Peni yang bekerja sama dengan SD Negeri Wiyoro I menampilkan tarian ini pada acara Pelepasan Siswa Kelas VI yang dihadiri oleh wali murid, para undangan juga masyarakat luas. Keceriaan tarian ini akhirnya menambah suasana semarak dari keseluruhan acara. [PK]

Menarilah, InsyaAllah Sehat!

Penari Sanggar Edi Peni sedang berlatih tari Klontong Jengglur di Alun-alun Pacitan
  Tubuh sehat merupakan idaman bagi setiap orang, karena dengan badan yang sehat, seseorang dapat melaksanakan segala aktivitas yang direncanakan dengan baik dan lancar. Untuk meraih tubuh yang sehat, banyak hal yang harus diperhatikan, termasuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, cukup istirahat dan tentunya berolahraga dengan cukup.

Banyak jenis olahraga yang dapat dipilih demi mencapai keinginan akan tubuh yang sehat. Bagi kaum lelaki, sepak bola atau futsal merupakan olahraga yang paling populer di masyarakat. Fitness dengan aktivitas di pusat kebugaran (gym) saat ini juga merupakan salah satu sarana olahraga yang digemari, di samping beberapa olahraga yang sudah lebih dulu populer, seperti jogging, renang basket, bulu tangkis atau bola voli.

Bagi kaum hawa, aerobik dengan segala macamnya merupakan pilihan populer, sebagaimana futsal bagi kaum lelaki. Selain aerobik, menari sebenarnya juga merupakan jenis olahraga rekreatif yang selain dapat menyehatkan raga juga dapat menyehatkan jiwa. Gerak tubuh yang seiring dengan telinga dan pikiran yang menikmati irama musik menjadi sebuah harmonisasi kesehatan jiwa dan raga.

Penari Sanggar Edi Peni sedang berlatih tari Wonocaki di SMP Negeri 1 Ngadirojo

Penari Sanggar Edi Peni sedang berlatih tari Wonocaki di SMP Negeri 1 Ngadirojo

IndoTopInfo mengungkapkan lima manfaat aktivitas menari bagi kesehatan. Website tersebut menyebutkan bahwa menari merupakan olahraga yang sempurna karena dapat melatih sebagian besar otot-otot dalam gerakan yang dinamis. Selain itu, disebutkan bahwa menari merupakan aktivitas yang melatih gerak fleksibel, cepat dan memerlukan kontrol yang baik.

Penari Sanggar Edi Peni sedang berlatih tari Klontong Jengglur di Alun-alun Pacitan

Senada dengan keterangan tersebut, laman Kompas menyebutkan bahwa menari dalam waktu satu menit dapat membakar kalori lebih banyak daripada berlari dalam waktu yang sama. Ditambahkan bahwa dalam waktu setengah jam menari, seseorang dapat membakar kalori hingga 500 kalori, bergantung jenis tarian yang dilakukan.

"Menari itu punya banyak manfaat khusus, salah satunya untuk menjaga kebugaran," kata Hamdi Fabas, Penari Profesional Indonesia.

Anda ingin sehat? Mari menari bersama!! [PK]

Rabu, 24 Juni 2015

Tari Rodhat, Tari Rebana Bersyair Al-Berzanji



Tari Rodhat merupakan tari hasil akulturasi kesenian Arab dengan budaya Jawa. Di Indonesia, Tari Rodhat awalnya dijumpai di tanah Melayu, misalnya Palembang. Umumnya tarian ini ditampilkan saat peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Di Jawa sendiri, tari Rodhat nampak istimewa karena musik pengiringnya berasal dari bunyi-bunyian gamelan, sedangkan syair yang dinyanyikan bersumber dari kitab Al-Berzanji. Sebagaimana diketahui, kitab Al-Berzanji merupakan karya sastra mahsyur yang berisi sholawat dan puji-pujian atas Baginda Muhammad SAW.

Aksi Penari Rodhat Sanggar Edi Peni Pacitan

Aksi Penari Rodhat Sanggar Edi Peni Pacitan

Sanggar Edi Peni Pacitan menampilkan tarian ini di acara Pentas Seni SD Negeri Sembowo I, Kec. Sudimoro. Tari ini dibawakan oleh delapan penari wanita dengan menggunakan busana yang tertutup, khas tarian melayu yang merupakan hasil akulturasi dengan budaya Islam. Dengan membawa rebana, tarian ini dibawakan ritmik dan apik.

Aksi Penari Rodhat Sanggar Edi Peni Pacitan

Tari Rodhat diyakini berasal dari Timur Tengah, sehingga gerakan-gerakan dasarnya nampak lazim sebagaimana tari Zapin. Awalnya Tari Rodhat banyak dibawakan oleh penari laki-laki, namun saat ini, banyak pula dibawakan oleh penari perempuan. [PK]

Sabtu, 20 Juni 2015

Tari Rampak, Lincah nan Kompak

Tari Rampak Sanggar Edi Peni Pacitan

Tari Rampak merupakan tarian yang disajikan oleh sekelompok penari laki-laki. Tari ini terinspirasi dari rutinitas anak laki-laki. Dalam kesehariannya, anak laki-laki umumnya akan berkelompok, bermain dan bersenda gurau bersama. Kegiatan berkelompok inilah yang akhirnya dituangkan dalam gerak tari yang akhirnya terangkai dalam tajuk Tari Rampak.

Gerakan enerjik selalu tergambar dalam setiap kegiatannya. Lincah secara bersama-sama menjadi ciri khas tarian anak lelaki ini. Selain digambarkan dengan setiap gerak yang serasi dengan musik yang ceria, tata rias dan pemilihan kostum juga mendukung karakter tari Rampak ini. Warna dasar cerah dipilih sebagai gambaran keceriaan dari setiap penari, sedangkan kalung kace hitam memberikan kesan gagah yang membedakan dengan tarian anak perempuan. [PK]

Aksi Penari Rampak di Pentas Seni SD Negeri Sembowo I


Kamis, 18 Juni 2015

Mengusir Bosan

Aksi Kocak Penari Sanggar Edi Peni Pacitan

Rasa jenuh dan  bosan sering menghinggapi kita dalam setiap rutinitas yang kita lakukan, baik dalam hal pekerjaan maupun hanya dalam melaksanakan rutinitas pribadi. Bagi para pekerja di kantor, mungkin bisa mengusir kejenuhan ini dengan memanfaatkan koneksi internet yang menjadi salah satu fasilitasnya, bagi pekerja lapangan, mungkin pergi ngopi adalah salah satu cari mengusir kebosanan. Setiap orang memang memiliki cara tersendiri dalam menggusir kebosanan dan kejenuhan yang bisa saja muncul.

Bagi para penari Sanggar Edi Peni Pacitan, banyak cara yang mereka tempuh dalam menunggu antrian tampil di panggung. Setelah busana dikenakan dan riasan wajah selesai dikerjakan, para penari akan sedikit me-review gerakan demi gerakan tari yang akan ditampilkan. "practice make perfect", mungkin falsafah ini yang mengilhami penari agar terus berlatih. Hal kedua yang dilakukan adalah berdoa, entah sendiri-sendiri maupun secara bersama.

Di tengah rutinitas tersebut, kadang juga timbul rasa bosan. Tentunya, senda gurau antar kru sanggar menjadi salah satu pilihan untuk mengusir jenuh, sekaligus meredakan ketegangan yang mungkin hinggap saat akan pentas untuk sebuah kompetisi. Tim dokumentasi sanggar menemukan satu aksi kocak dari para penari saat menunggu giliran tampil dalam acara Pentas Seni SDN Sembowo I. Dalam hasil jepretan kamera, nampak Mbak Ria dan Mbak Ayu yang sudah siap tampil malah masuk ke dalam tas, yang notabene  merupakan wadah busana mereka. Lalu, akankah gerakan ini menginspirasi karya tari Edi Peni selanjutnya? Kita tunggu saja.... [PK]

Rabu, 17 Juni 2015

Tari Lilin, Tarian Lembut dari Tanah Andalas


Tari lilin merupakan tarian yang awalnya berasal dari Sumatera Barat. Tarian ini merupakan tarian yang bercerita tentang seorang gadis yang ditinggal tunangannya untuk pergi mencari harta. Dalam masa menunggu sang pujaan hati, si perempuan kehilangan cincin tunangannya. Alur cerita menuturkan bahwa si perempuan kemudian mencari cincin yang hilang tersebut dengan hati-hati. Oleh karena itu, gerak tari Lilin diperagakan sebagai gerakan halus yang mengiringi alunan musik.

Penari Lilin dari Sumatera Barat (sumber: http://dwiki-kurniawan98.blogspot.com/)

Tari lilin umumnya dibawakan oleh sekelompok penari wanita. Tarian ini digunakan sebagai persembahan dalam upacara penyambutan di istana atau di gedung-gedung dalam acara formal. Penari lilin harus memiliki teknik khusus agar lilin yang dimainkan tidak mati selama pertunjukan. Biasanya tarian ini ditampilkan pada malam hari, agar nyala lilin terlihat lebih "berbicara" dalam setiap adegannya.

Aksi Penari Lilin di Panggung Pentas Seni SD Negeri Sembowo I

Dalam perkembangannya, Tari Lilin banyak diadopsi oleh daerah lain dengan mengakulturasi gerakan-gerakan asli dari Sumatera Barat dengan teknik-teknik tari setempat. Kini banyak kreasi baru sehingga memunculkan tari lilin di setiap daerah, misalnya tari lilin dengan gaya Sunda ataupun Jawa. Tari lilin hasil akulturasi ini juga tidak lagi diiringi dengan musik rentak melayu, namun dengan iringan musik setempat, misalnya gamelan dan syair-syair berbahasa Jawa ataupun Sunda.

Gerak tari Lilin di Pentas Seni SDN Sembowo I
Pada panggung Pentas Seni SD Negeri Sembowo I, Kecamatan Sudimoro Kabupaten Pacitan ini, tari Lilin dibawakan oleh siswi-siswi kelas 1 dan 2. Tarian ini dibawakan oleh 6 penari dengan gaya khas anak-anak, lugu dan polos. Sebagaimana tarian anak lainnya, dalam setiap penampilan akan membuat decak kagum dan bangga bagi masyarakat yang menontonnya, terlebih bagi orang tua dan keluarga penari. [PK]

Selasa, 16 Juni 2015

Tari Topeng Edan, Tarian Jenaka yang Pernah Tampil di Desa Wisata Brayut Yogyakarta

Tari Topeng Edan SD Negeri Sembowo I


Tari Topeng Edan merupakan rangkaian ekspresi jenaka seorang anak laki-laki dalam kesehariannya. Tari ini dibawakan dengan gerak trengginas oleh penarinya. Dibawakan oleh lima penari, tari Topeng Edan tampil menghibur dengan gaya-gaya aneh para penarinya. Gerakan tari ini dieksplorasi dari hal-hal yang sederhana, mulai dari gerakan anak laki-laki yang mengantuk, tidur dan bermain bersama. 

Bukan hanya kekaguman akan kelincahan gerak yang diperagakan para penari, namun juga gelak tawa dan tepuk tangan yang dilontarkan penonton. Hal ini terjadi setelah para penari memperagakan gerak-gerak aneh, unik dan nyentrik.

Penampilan Tari Topeng Edan di acara Pelepasan SDN Sembowo I

Kesuksesan lima penari kecil dari SD Negeri Sembowo I dalam membawakan tarian ini nampaknya lebih unik dibandingkan penampilan tarian Topeng Edan di Desa Wisata Brayut, Sleman, Yogyakarta. Tari Topeng Edan dibawakan sebagai tarian tunggal sebagai salah satu sajian dalam rangkaian acara tasyakuran keluarga besar mahasiswa pascasarjana Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. "Kepolosan anak-anak dalam membawakan tarian ini menjadi nilai tambah saat dibawakan oleh sekelompok anak-anak.", tutur salah satu tim sanggar Edi Peni. [PK]

Penampilan Tari Topeng Edan di Desa Wisata Brayut, Sleman, Yogyakarta

Minggu, 14 Juni 2015

The Power of Make Up


Tim Rias Sanggar Edi Peni sedang bertugas

Tata rias dan tata busana merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Tata rias dan tata busana harus diperhatikan dengan cermat dan teliti. Dengan tata rias dan tata busana yang tepat dapat memperjelas karakter dan sesuai dengan tema yang disajikan. Dalam memilih desain pakaian dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema cerita.

Tata rias merupakan cara untuk mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah. Tata rias pada seni pertunjukan  diperlukan  untuk menggambarkan/menentukan watak tokoh di atas pentas. Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain. Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting yang dilakukan oleh pemain  diperlukan adanya tata rias sebagai usaha menyusun  hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Dalam gawe SDN Sembowo I yang diselenggarakan kemarin (13/6), ada kolaborasi antara tim rias sanggar Edi Peni dengan beberapa pengisi acara tersebut. Adalah rombongan dari SMPN 4 Sudimoro dan SMKN 2 Sudimoro yang melakukan kolaborasi. Diungkapan oleh Bapak Edi Suwito bahwa siswi-siswi kedua sekolah tersebut telah berlatih tari secara mandiri dan ingin tampil dalam acara Pentas Seni SDN Sembowo I. "Dari SMP dan SMK, sanggar hanya memberikan kontribusi dalam make up dan kostum.", tutur Bapak Edi Suwito.

Rombongan SMPN 4 Sudimoro menampilan tari Joged Osing. Tari ini bercerita tentang keceriaan gadis-gadis Banyuwangi. Seperti tari tanah Blambangan yang lain, tari Joged Osing juga memberikan sajian dengan goyangan khas yang berbeda dengan aroma dan pola gerak tari dari daerah Mataram-an.


Rombongan SMKN 2 Sudimoro menarikan sajian Candik Ayu. Dengan kostum berwarna hijau berjilbab, keenam penari lenggak-lenggok dengan anggun. Tari Candik Ayu bercerita tentang sekelompok wanita yang sedang beraktivitas. Bersenda gurau, berdandan dan berlenggak-lenggok bersama.

Edisi selanjutnya, InsyaAllah akan kami posting tentang tari anak-anak, termasuk juga suka-duka melatih anak-anak dalam menari. [PK]

Sabtu, 13 Juni 2015

Sanggar Edi Peni sepanggung dengan Kesenian Oglor di Sembowo Kec. Sudimoro


Tim Penari Genggongan Mangslup Sanggar Edi Peni ngeksis bareng tim dokumentasi

Sabtu, 13 Juni 2015, Tim Sanggar Edi Peni bertolak menuju Desa Sembowo, Kecamatan Sudimoro, Kabupaten Pacitan. Berangkat tepat setelah waktu  subuh, rombongan seakan bedol desa dari Sanggar Edi Peni, pasalnya rombongan yang dipandegani ketua sanggar, Bapak Edi Suwito, S.Pd. berangkat bersama penari, perias, lengkap dengan tim dokumentasi dan publikasi. SD Negeri Sumbowo I merupakan tujuan akhir perjalanan, pasalnya di penghujung pekan ini, SD yang juga dikepalai oleh ketua Sanggar Edi Peni punya gawe yaitu Pelepasan Siswa kelas VI dengan dirangkai pentas seni.

Tak hanya menampilkan hasil polesan seni untuk siswa-siswi SD Negeri Sumbowo I, acara juga menampilkan kesenian daerah Oglor serta tari dari SMP Negeri 4 Sudimoro dan SMK Negeri 2 Sudimoro. 

Acara dibuka dengan penampilan Oglor dari Bapak-bapak warga desa Sembowo, kecamatan Sudimoro. Oglor merupakan kesenian asli kabupaten Pacitan yang awalnya berkembang di daerah Wonokarto. Oglor sendiri merupakan seni hasil akulturasi budaya jawa dan budaya islam. Syair-syair yang banyak berkisah tentang ajaran islam seakan teduh mengawali acara. Selain sebagai upaya pelestarian musik Oglor yang hampir punah, sajian musik Oglor juga seakan merupakan ritual pemberian petuah dari sesepuh desa kepada anak-cucu yang hadir dalam pentas seni ini, pasalnya pentas seni yang dilangsungkan hingga sekitar waktu dhuhur ini tak hanya dihadiri olleh tamu undangan saja, namun juga terbuka umum untuk seluruh warga.

Kesenian Oglor Desa Sembowo Kecamatan Sudimoro

Sanggar Edi Peni yang merupakan rekanan dalam pengembangan bakat seni di SDN Sembowo I, SMPN 4 Sudimoro dan SMKN 2 Sudimoro datang dengan menampilkan dua buah tari. Tari teranyar karya pasangan suami-istri Edi Suwito & Adi Peni, Genggongan Mangslup, tampil sebagai acara puncak dari rangkaian acara. Decak kagum penonton tergambar dari riuh tepuk tangan dan teriakan para penonton. Sebelumnya, Tari Gadhung Mlathi yang pernah sukses dalam Festival Karya Tari Jawa Timur 2014 juga ditampilkan di sela-sela acara inti.

Aksi Panggung Penari Genggongan Mangslup
Aksi Panggung Penari Gadhung Mlathi Sanggar Edi Peni di Sembowo
Satu hal yang tak boleh dipisahkan dalam setiap penampilan sanggar Edi Peni adalah tata rias. Tata rias merupakan salah satu hal yang sangat penting dan dominan, sehingga seorang penata rias harus jeli dan bijak dalam menentukan jenis riasan yang diberikan kepada penari. Tata rias menjadi salah satu yang paling peka dalam seni pertunjukan, karena dengan dapat mempertegas karakter dari tokoh yang dibawakan dari tarian tersebut. Merias anak-anak dalam jumlah banyak tentunya menjadi kerepotan sendiri bagi sebagian orang. Alhamdulillah, tim rias sanggar Edi Peni dapat bekerja sigap dalam menyelesaikan riasan bagi seluruh penampil dalam acara hari ini. Berikut beberapa aksi tim tata rias sanggar yang berhasil didokumentasikan.
Tim Rias Sanggar Edi Peni
Tim Rias Sanggar Edi Peni
Tim Rias Sanggar Edi Peni
Tim Rias Sanggar Adi Peni
Aksi Tim Rias Sanggar Adi Peni
Kemampuan merias diri sendiri yang dimiliki para penari Sanggar Edi Peni
Selain tim tata rias, sanggar Edi Peni juga mengikutsertakan tim dokumentasi, baik fotografer maupun juru rekam. Di era digital ini, dokumentasi menjadi hal yang wajib dalam setiap kegiatan, baik formal maupun non formal. Berikut aksi juru rekam yang sempat terjepret kamera sanggar.

Salah satu tim dokumentasi Sanggar Edi Peni
Selain penampilan tersebut, ada banyak tarian yang disuguhkan oleh siswa-siswi SD Negeri Sembowo I. Untuk lebih detailnya, akan diposting kemudian. Ditunggu ya.... [PK]

Kamis, 11 Juni 2015

Tari Zapin, Tari Melayu Sarat Ilmu

Penari Zapin Berpose bersama Guru Pembimbing

Pagelaran acara pelepasan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Ngadirojo, Pacitan yang diselenggarakan pada 11 Juni 2015 dengan mengambil tajuk acara "Tutup Warsa Siswa Kelas IX" berlangsung meriah. Sanggar Edi Peni yang merupakan rekanan dalam pembinaan seni dan budaya di sekolah yang terletak di desa Cokrokembang, Kec. Ngadirojo ini tampil all out. Membuka serangkaian acara adalah tim musik tradisional, yang pada kesempatan lalu menjadi Juara FLSSN Pacitan dan melaju ke Provinsi Jawa Timur, tampil apik didampingi sang pelatih, Bapak M. Kasim dan Bapak Sapto Haryono. Tim musik tradisional ini mengiringi para sinden modern yang jumlahnya tak kurang dari 20 anak,

Tim Sinden Modern yang sedang mendendangkan lagu

Tim Musik Tradisional SMPN 1 Ngadirojo

Sajian dilanjutkan dengan penampilan tari, menyanyi solo dan vocal group secara bergantian. Dalam kesempatan ini, Sanggar Edi Peni memamerkan tiga buah tari yang membuat hadirin serasa diajak keliling Indonesia. Tari Remo membuat acara gumregah dengan gaya Jawa Timur-an, sedangkan Tari Topeng Wonocaki mempertontonkan gaya lincah ala Mataram-an. Tari ketiga membuat hadirin serasa terbang ke ranah melayu dengan penampilan Tari Zapin.

Aksi Panggung Penari Zafin Sanggar Edi Peni - SMPN 1 Ngadirojo, Pacitan

Zapin berasal dari bahasa arab yaitu "Zafn" yang mempunyai arti pergerakan kaki cepat mengikut rentak pukulan. Zapin merupakan khazanah tarian rumpun Melayu yang mendapat pengaruh dari Arab. Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghibur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan.

Aksi Panggung Penari Zapin Sanggar Edi Peni di Acara Pelepasan Siswa Kelas IX SMPN 1 Ngadirojo


Gerak indah Penari Zapin Sanggar Edi Peni Lorok Pacitan

Zapin mempertontonkan gerak kaki cepat mengikuti hentakan pukulan pada gendang kecil yang disebut marwas. Harmoni ritmik instrumennya semakin merdu dengan alat musik petik gambus. Karena mendapat pengaruh dari Arab, tarian ini memang terasa bersifat edukatif tanpa menghilangkan sisi hiburan. Ada sisipan pesan agama dalam syair lagunya. Biasanya dalam tariannya dikisahkan keseharian hidup masyarakat melayu seperti gerak meniti batang, pinang kotai, pusar belanak dan lainnya. Anda akan melihat gerak pembuka tariannya berupa gerak membentuk huruf alif (huruf bahasa Arab) yang melambangkan keagungan Tuhan. [PK]