Genggongan Mangslup merupakan judul karya terbaru dari Sanggar Edi Peni yang telah ditampilkan di Festival Karya Tari (FKT) Jawa Timur 2015. Festival tersebut merupakan festival tahunan yang diadakan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Tahun ini, FKT Jatim 2015 digelar di Gedung Cak Durasim Surabaya dengan diikuti oleh 37 Kota/Kabupaten yang tersebar di seluruh Provinsi Jawa Timur.
Genggongan Mangslup menjadi wakil Kabupaten Pacitan untuk bersaing dengan Kota/Kabupaten lain dalam menyajikan karya tari (Genggongan Mangslup Wakil Pacitan). Tari ini terinspirasi dari Upacara Adat di TPI Tawang, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Pacitan. Awal terjadinya upacara ini ,bermula dari tangisan sang
Gadhung Mlati yang menginginkan di gelarnya hiburan untuk mengobati hatinya
yang gundah gulana karena ditinggal pergi sang kekasih pujaan hatinya. Raja Rogo Bahu belum berkenan mengadakan hiburan karena
keadaan daerah yang masih serba kekurangan dan masyarakat yang masih belum
mampu dalam hal ekonomi. Namun Gadhung melati tidak mau tahu keadaan seperti itu,
maunya diadakan hiburan untuk mengobati hatinya,malah –malah dia berbuat ulah
dengan cara ngedan dan membuat huru hara dengan cara masuk ke jasad seseorang
(mangslup) dan berbuat gila .
Karena kejadian ini maka Raja Rogo bahu merasa iba dan akhirnya
menyuruh Wono caki agar menggelar hiburan tayuban dengan tata cara negri Glandang Plawangan. Pada acara tayuban pun ada upacara adat yang harus dijalankan
diantaranya ,sesajen lengkap ,membakar kemenyan di tempat penyimpanan pakaian
para penguasa sumber air (kedongan Tengah), disediakan peraga yang memperagakan
para penguasa sumber air, dimana para peraga harus masih keturunan masyarakat
Tawang , para peraga itu antara lain Mangku negara, Rogo Bahu, Wonocaki,
Gadhung Mlathi.
Untuk membuka acara
Gelar Tayub maka harus didahului oleh para penguasa sumber air,baru kemudian
dilanjutkan oleh masyarakat. Dalam acara ini biasanya Gadhung mlathi suka
membikin ulah apabila dia mempunyai keinginan terhadap pakaian yang dipakai
seseorang maka dia akan mengganggu orang
tersebut.
Para penguasa sumber air inipun mempunyai gendhing-gendhing
klangenan/kesukaan, diantaranya, Mangku Negara dengan gendhing Cakra Negara,
Raga Bahu dengan Gendhing Samirah, Gadhung Mlathi dengan gendhing Godril dan
Ijo-ijo, Wonocaki dengan gendhing Jangkrik Genggong. Biasanya Wonocaki tampil
paling akhir karena biasanya punya tarian yang atraktif dan gecul sehingga
menarik .karena gending inilah maka orang menamakan upacara adat ini dengan
nama “GENGGONGAN”
Tari Genggongan Mangslup digarap oleh penata tari Edi Suwito, S.Pd dengan didampingi sang istri sebagai penata rias dan busana, Adi Peni, S.Pd. Selain itu, tari garapan ini juga menggandeng musisi senior di tanah Lorok, M. Kasim, sebagai penata musik. Tari Genggongan Mangslup sendiri ditarikan oleh delapan penari wanita yang diiiringi oleh 11 pengrawit, 1 swarawati dan 2 wiraswara.
Meski tak mampu meraih kejuaraan, tari ini tetap mencuri perhatian masyarakat dengan kostum yang telah didesain megah dan mencolok. Tari Runtik Lamongan tampil sebagai Penyaji Terbaik FKT Jatim 2015. Adi Peni, S.Pd. menanggapi hasil ini dengan bijak, "Perkembangan karya tari di Jawa Timur sudah luar biasa. Sudah tidak dapat diprediksi semudah dahulu. Tahun lalu kami masih dapat menyabet kejuaraan (baca: Hasil FKT 2014), tahun ini hampa. Ke depan, harus menjadi cambuk dan evaluasi agar lebih pas di hati juri dan penikmat seni. (PK)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar