Rabu, 02 September 2015

Inspirasi Seni dari Upacara Adat Jangkrik Genggong

Upacara Adat Jangkrik Genggong di Tawang kabupaten Pacitan
Upacara Adat Jangkrik Genggong di Tawang kabupaten Pacitan

Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dengan kemampuan cipta, rasa dan karsa. Kemampuan ini menjadikan menusia mampu mendayagunakan apapun di sekelilingnya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.  Pun dalam bidang seni, salah satu bagian dari kehidupan manusia yang tercipta untuk memenuhi kebutuhan batiniah akan ketenteraman dan keindahan. Seni dilahirkan oleh manusia dan akan ditinggalkan sebagai sebuah kebudayan dari satu peradaban.

Upacara Adat Jangkrik Genggong di Tawang kabupaten Pacitan


Penampilan Sendratari Jangkrik Genggong Sanggar Edi Peni di TMII Jakarta

Upacara Jangkrik Genggong yang melegenda di daerah Tawang, desa Sidomulyo Pacitan juga menjadi sumber inspirasi seni. Beberapa seniman telah melahirkan beberapa karya yang bersumber pada upacara adat ini, termasuk sanggar Edi Peni. Beberapa karya telah lahir berpijak dari cerita rakyat yang berlatar belakang mistis di pesisir selatan Jawa ini.

Penampilan Sendratari Jangkrik Genggong Sanggar Edi Peni di HUT Pacitan

Jangkrik Genggong pertama kali diangkat ke dalam sendratari tahun 2003 oleh sanggar Edi Peni. Pada tahun tersebut, sendratari Jangkrik Genggong ditampilkan dalam puncak peringatan Hari Jadi Kabupaten Pacitan tahun 2003. Selanjutnya, sendratari Jangkrik Genggong garapan Sanggar Edi Peni menjadi wakil kabupaten Pacitan dalam Lomba Seni Pertunjukkan di Suarabaya. Dalam ajang tersebut, sendratari Jangkrik Genggong masuk dalam jajaran 10 Penyaji Terbaik. Masih di tahun 2003, sendratari Jangkrik Genggong berkesempatan untuk tampil di anjungan Jawa Timur Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Turun full team, sendratari tersebut menceritakan secara utuh dari kemagisan acara di pesisir Laut Tawang, Sidomulyo tersebut.

Sosok Wonocaki dan Rogobahu (Penampilan Sendratari Jangkrik Genggong Sanggar Edi Peni di TMII Jakarta)
Penampilan Sendratari Jangkrik Genggong Sanggar Edi Peni di TMII Jakarta

Sukses dengan tema besar kisah Jangkrik Genggong, Sanggar Edi Peni mencoba menyajikan legenda tersebut dalam fragmen-fragmen tari yang tak kalah menarik. Sebelas tahun pasca pementasan perdana sendratari Jangkrik Genggong, lahirlah tari Gadhung Mlathi. Tarian ini menggambarkan sosok centil yang suka jahil dan merasuki warga yang memakai baju dengan warna-warna yang ia senangi. Gadhung Mlathi akan merasuk dan ngedan. Pada puncaknya, Gadhung Mlathi minta diadakan tayuban lengkap dengan sesaji yang ada. Kisah lengkap tentang tari Gadhung Mlathi bisa dilihat di sini.

Tari Gadhung Mlathi yang bersumber dari Legenda Jangkrik Genggong

Tahun ini, tercipta tiga buah tari yang bersumber dari upacara adat Jangkrik Genggong. Tari Topeng Sumur Gedhe adalah tari yang pertama. Tarian ini mnceritakan sosok penunggu pepunden Sumur Gedhe, yaitu Gadhung Mlathi. Karakter tariannya memang serupa dari tari Gadhung Mlathi, namun perbedaannya, tarian ini menggunakan properti topeng dalam penampilannya. Topeng dibuat sedemikian rupa hingga menggambarkan sosok Gadhung Mlathi yang cantik, jahil dan enerjik. Artikel lengkap tentang tari Topeng Sumur Gedhe bisa dilihat di sini.

Tari Topeng Sumur Gedhe yang bersumber dari Legenda Jangkrik Genggong

Karya kedua tahun 2015 ini adalah Tari Topeng Wonocaki. Berbeda dengan Gadhung Mlathi yang berkarakter sebagai perempuan, Wonocaki adalah sosok gagah penguasa pepunden  Teren. Wonocaki diceritakan sebagai sosok yang berwibawa dan cinta terhadap tanah air. Kecintaannya kepada tanah air digambarkan dengan sikap yang gagah dan siap sedia dalam membela Ibu Pertiwi. Jika Anda tertarik untuk membaca lebih jauh, deskripsi karya tari Topeng Wonocaki ada di dalam tautan berikut.

Tari Topeng Wonocaki yang bersumber dari Legenda Jangkrik Genggong
Sendratari Genggongan Mangslup yang bersumber dari Legenda Jangkrik Genggong

Sosok Wonocaki, sang penguasa pepunden Teren kembali dijadikan sebagai inspirasi tarian,yaitu sendratari Genggongan Mangslup. Tarian ini menunjukkan kewibawaan Wonocaki dalam mengatasi huru-hura yang disebabkan Gadhung Mlathi sedang menggila. Dikisahkan dalam sendratari ini, Gadhung Mlathi sedang gundhah gulana dan menginginkan adanya tayuban, namun tidak disetujui oleh Rogo Bahu. Karena keinginannya tidak dituruti, Gadhung Mlathi mangslup (merasuk) ke dalam raga manusia dan menyebabkan kekacauan. Wonocaki ditugaskan untuk mengatasi kekacauan itu. Kisah lebih lengkap bisa Anda baca dengan mengunjungi tautan berikut. [PK]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar