Sabtu, 04 Juli 2015

Gamelan, Sebuah Mahakarya Orkestra [Bagian 1]

Penabuh gamelan dan swarawati Sanggar Edi Peni saat mengiringi pementasan Tari Klonthong Jengglur di Alun-alun Kabupaten Pacitan

Sebuah pementasan tari tak akan pernah terlepas dari musik pengiringnya, apapun bentuknya. Beberapa jenis tarian akan hanya diiringi oleh tetabuan sederhana, namun terkadang sebuah tari diiringi oleh bunyi-bunyian yang sangat kompleks. Musik iringan sebuah pementasan tari bukan sekedar mengiringi belaka, namun musik pengiring juga memperkuat pesan utuh dari tarian yang akan disampaikan kepada penonton. Selain itu, adanya musik pengiring membuat tarian menjadi lebih hidup dan memiliki daya tarik yang lebih.

Musik pengiring tarian juga akan menunjukkan identitas sajian tari tersebut. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki ragam corak musik yang berbeda. Tifa menjadi alat perkusi utama bagi pertunjukan dari daerah Indonesia Timur, sedangkan rebana menjadi ciri khas bagi pertunjukan yang bernafaskan Islam.

Gamelan merupakan seperangkat alat musik yang sangat populer di Indonesia, bahkan mancanegara. Gamelan merupakan sebuah ansambel musik dari beragam alat musik, yang umumnya terdiri atas gong, bonang, kenong, gendang, gambang dan alat musik lainnya. Di Indonesia, gamelan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu gamelan Bali, gamelan Jawa dan gamelan Sunda.

Ketiga macam gamelan ini memiliki ciri khas yang saling membedakan satu sama lain. Gamelan Bali menyajikan irama yang lebih rancak, sedangkan gamelan Sunda menampilkan irama yang mendayu-dayu dengan suara seruling yang sangat dominan. Gamelan Jawa, seperti yang berkembang di Yogyakarta dan Surakarta, menawarkan irama yang lembut, yang menggambarkan pandangan hidup orang Jawa.

Dalam filosofi Jawa, kata gamelan  berasal dari kata gamel yang berarti memukul/menabuh, sedangkan imbuhan an yang melekat pada akhir kata tersebut berfungsi untuk menjadikannya kata benda, sehingga gamelan dapat diartikan sebagai sebuah tabuhan atau benda yang ditabuh/dipukul.

Sejarah gamelan, seperti dituturkan oleh Gusti Puger putra Paku Buwono XII dan Serat Wedhapradangga dari Keraton Surakarta, menunjukkan bahwa gamelan pertama kali ada di tanah Jawa pada Gangsa Raras Salendro. Keterangan ini seperti yang dihimpun oleh Raden Ngabehi Prajapangrawit pada tahun 1874, seperti yang tertulis dalam www.egamelanku.com.

Gamelan hadir sebagai sarana untuk menyajikan gending-gending, untuk mengiringi pementasan wayang orang, wayang kulit, ketoprak dan tari-tarian. Selain itu, beberapa perangkat gamelan dianggap sakral di dalam keraton, dan hanya digunakan dalam perayaan tertentu saja, misalnya Gamelan Sekati (Kanjeng Kyai Gunturmadu dan Kanjeng Kyai Guntursari) yang umumnya ditabuh untuk perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Di era globalisasi ini, gamelan sudah go international dan banyak berkolaborasi dengan musik-musik mancanegara sehingga menghadirkan nuansa yang berbeda dalam pagelarannya. Musik jazz sering berkolaborasi dengan memasukkan beberapa unsur gamelan di dalamnya, bahkan beberapa film Hollywood menjadikannya sebagai backsound.

Tugas kita sebagai anak bangsa adalah mencintai, melestarikan dan mengembangkannya. Sehingga kelak, gamelan bukan hanya menjadi sebuah cerita dan legenda belaka.

Bersambung... [PK]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar